Tindakan Operasi Minimal Invasive Primadona di Dunia Medis

Ilustrasi Ruang Operasi.
Sumber :
  • Pixabay/ Sasint

VIVA – Semakin modern zaman dan semakin canggih metode pengobatan juga diikuti dengan semakin beragamnya jenis penyakit yang diderita masyarakat. 

Waspadai Nyeri Punggungmu

Gaya hidup menjadi salah satu biang kerok banyaknya permasalahan kesehatan yang timbul, seperti masalah kesehatan pada jantung, pembuluh darah dan urologi. 

Jika zaman dulu untuk melakukan tindakan atas permasalahan tersebut adalah melalui operasi dan membuat pasien harap harap cemas untuk memutuskan menjalani operasi ataupun tidak. 

Angkat Kandungan Pasien, Dokter Ini Didenda Rp100 Juta

Kini dikenal metode yang sebenarnya sudah ada sejak belasan tahun lalu, hanya saja belakangan ini semakin populer, yaitu Minimal Invasive surgery atau tindakan bedah dengan luka sayatan yang lebih minimal, bahkan bisa tanpa sayatan. 

"Minimal invasive itu luas, bukan hanya tentang pengangkatan batu empedu. Dengan minimal invasive dua hari boleh pulang, lebih cepat aktivitas. Bahkan dalam beberapa tindakan yang dulu harus menginap sekarang bisa one day care," kata CEO RS Pondok Indah Group, dr. Yanwar Hadiyanto, MARS, kepada VIVA di Kuningan Jakarta Selatan.

Survei: Dokter Lebih Suka Mendengar Musik Rock saat Operasi

Hadirnya teknologi medis terkini seperti minimal invasive surgery tentu saja menjadi angin segar bagi pasien terutama mereka yang takut menjalani operasi. Jadi tak heran jika sejak pertama dikenalkan, solusi minimal invasive menjadi primadona para pasien. 

"Di rumah sakit kami kalau ada teknologi baru terkonvensi dengan cepat, yang lama ditinggalkan, pasien lebih memilih tindakan yang lebih baru karena benefitnya jelas. Luka hanya satu senti, akhirnya pasien menimbang, memilih yang lebih baru."

Yanwar bahkan memberikan perbandingan minat pasien untuk melakukan tindakan minimal invasive dibanding harus menjalani proses operasi dengan berbagai risiko bahkan setelah operasi berlansung. 

"Adopsinya (teknologi) cepat. Kuncinya mengedukasi pasien, bahwa pasien tahu tindakan ini lebih baik dari yang lama. Banyak yang dulunya enggak mau tindakan, akhirnya mau karena tekniknya dianggap tidak terlalu menakutkan," jelas Yanwar. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya