Menkes Sebut Bencana Sulteng Belum Butuh Bantuan Asing

Kedatangan Pengungsi Korban Gempa Palu di Sidoarjo
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Umarul Faruq

VIVA – Menjelang hari kelima pasca gempa bumi dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek menyebut bahwa Indonesia masih belum butuh bantuan asing dalam penanganan bencana, terlebih dalam hal kesehatan.

Kebut Pembangunan Pasca Gempa-Tsunami di Sulteng, Lebih 5 Ribu Huntap Disiapkan

Hal ini diungkapkan setelah mengunjungi korban di pengungsian untuk melihat dan memastikan secara langsung bahwa masyarakat telah mendapatkan pelayanan kesehatan dengan baik.

"Kapasitas nasional masih mampu menangani, sehingga kita belum membutuhkan bantuan dari asing, baik orang maupun logistik kesehatan," ungkap Menkes Nila dalam siaran persnya yang diterima VIVA, Jumat 5 Oktober 2018. 

COVID-19 Menuju Endemi, Aturan Wajib Masker Akan Dihapus?

Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, dr. Ahmad Yurianto. Yuri menegaskan bahwa yang telah dikerahkan saat ini masih sebagian kecil, tidak sampai 20 persen dari kapasitas nasional, bahkan pihaknya masih mengatur kedatangan tenaga kesehatan dan tim logistik ke Palu dan Donggala.

Menurut Yuri, ukuran ideal untuk menghadapi krisis adalah yang menjawab beban. 

Update COVID-19 Hari Ini 6 Maret 2022: Kasus Positif Tambah 24.867

"Ukuran kita bukan seberapa banyak tenaga yang dikirim akan cukup, 1.000 nakes (tenaga kesehatan) akan cukup atau 5 dokter sudah cukup, tidak seperti itu, tapi fokus pada bebannya," tuturnya.

Yuri menambahkan, saat ini dokter spesialis bedah yang sedang bertugas kurang lebih hanya 15 orang. Jika merujuk pada kasus bedah, di antara jumlah pasien yang harus dioperasi, baik yang emergency maupun dipersiapkan, dan dihadapkan pada jumlah dokter yang ada, dinilai sudah cukup. Artinya, tidak ada lagi beban yang tertunda layanannya dengan alasan tenaga kesehatan yang kurang.

"Kita masih punya kekuatan besar, kalau tidak bisa ditangani di sini, kita masih punya rumah sakit tipe A di Makassar, kirim ke RS Wahidin, ahlinya juga masih banyak di sana. Kalau kurang ya kita kirim lagi, masih sangat sangat cukup," jelas Yuri.

Selain tenaga kesehatan yang dianggap cukup, stok obat saat ini pun dalam kondisi aman. Karena, sistem obat yang dipakai menggunakan buffer/safety stock yang dimiliki oleh instalasi farmasi, juga bantuan dari relawan, serta pencatatan dan pengeluaran yang selalu terpelihara. 

Selain itu, ditambah lagi link dengan sistem logistik obat nasional, jadi bisa dikatakan saat ini dalam kondisi aman, karena bisa langsung mengetahui mana yang kurang.

"Pedoman kita, obat harus aman untuk seminggu ke depan, nanti kalau sudah kurang tiga hari, baru kita dorong lagi," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya