Ini Beda Penanganan Kesehatan Korban Gempa dan Tsunami

Pencarian Jenazah Korban Gempa dan Tsunami di Balaroa
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

VIVA – Tepat 10 hari sudah bencana gempa dan tsunami mengguncang Palu dan sekitarnya. Masa tanggap darurat kini telah masuk fase kedua. Meski bencana gempa dan tsunami kerap berkaitan, namun keduanya memiliki karakteristik yang berbeda.

Presiden Jokowi Pastikan Hunian Korban Bencana Palu Selesai di 2020

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr. Anung Sugihatono mengatakan, untuk gempa bumi yang harus diwaspadai pada masa tanggap darurat adalah hal-hal yang berkaitan dengan tetanus.

"Yang paling rawan di masa tanggap darurat adalah tetanus, karena melihat sebagian besar rumah roboh, orang luka, perawatan luka yang belum ideal karena keterbatasan-keterbatasan yang ada. Tetanus menjadi satu ancaman yang cukup tinggi," ucap dr. Anung dalam siaran pers yang diterima VIVA

Jatuh Bangun Korban Tsunami Palu Pulihkan Kehidupan

Menurutnya, mayoritas dari masyarakat Indonesia sudah memiliki modal awal yaitu imunisasi DT yang sudah dilakukan. Menurutnya yang kini dibutuhkan ialah serum anti tetanus untuk mereka yang memiliki luka dan untuk relawan, yang tanpa sadar terluka saat menolong di reruntuhan. 

Sedangkan untuk tsunami yang perlu diperhatikan ialah air bersih. Menurutnya yang harus menjadi fokus pada penanganan kesehatan pasca tsunami ialah penyakit infeksi saluran pencernaan, diare dan tentunya kontaminasi dari berbagai hal. 

Sisa Pilu Tsunami Palu: Tak Ada Bukti Anak-anak Saya Meninggal

"Kita juga belum bisa menghindari kolera. Kita belum bisa menyatakan bebas kolera karena masih banyak fasilitas yang digunakan oleh masyarakat yang tidak higienis dan di situ ada kuman kolera," tambah Anung.

Menurutnya, setelah masa tanggap darurat yang perlu diwaspadai adalah penyakit infeksi saluran pernapasan atas terutama untuk Balita karena pada saat melakukan evakuasi dan kemudian membersihkan puing-puing, akan ada kemungkinan debu yang cukup banyak.

Selanjutnya yang juga perlu menjadi kewaspadaan adalah timbulnya penyakit-penyakit yang berkaitan dengan higiene sanitasi, seperti gatal, infeksi pada kulit, dan hal-hal lain termasuk infeksi pada mata.

Anung juga menjelaskan dampak bencana terhadap penurunan cakupan imunisasi.

"Sebagai akibat yang tidak langsung adalah dengan kejadian ini kinerja untuk pencegahan terutama imunisasi dapat diprediksi akan menurun karena tenaga kesehatan fokus pada evakuasi. Tentu banyak penyakit ini harus kita waspadai. Yang bisa kita lakukan adalah melakukan surveilans epidemiologi secara ketat," kata Anung.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya