Cepat Akses Obat, Pelayanan JKN Berkualitas untuk Pasien Kanker

Ilustrasi obat/suplemen.
Sumber :
  • pixabay/pexels

VIVA – Menurut data GLOBOCAN 2018, diperkirakan terdapat 348.809 insiden kanker dan 207.210 kematian akibat kanker di Indonesia. Angka insiden tersebut diperkirakan akan meningkat hingga 36 persen di tahun 2030.

Informal Workers Receive Social Security Assistance from Radjak Hospital Salemba

Kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia sebesar 13 persen setelah penyakit kardiovaskular. Di Indonesia, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi tumor atau kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330 ribu orang.

"Saat ini Indonesia mengalami transisi dalam epidemiologi penyakit, ditandai dengan masih tingginya prevalensi penyakit menular, dan pada saat yang sama penyakit tidak menular seperti kardiovaskular dan kanker juga sedang meningkat," ujar spesialis anak, dr. Andi Nafsiah Walinono Mboi, SpA, MPH, dalam acara InaHEA, di kawasan Kuningan, Jakarta, Kamis 1 November 2018.

Tinjau RSUD Sibuhuan, Jokowi Pastikan Pelayanan Kesehatan Optimal

Sementara dari sisi sosial ekonomi, studi ASEAN Costs in Oncology (ACTION) tahun 2015 yang dilakukan di 8 negara di kawasan Asia Tenggara termasuk di Indonesia disimpulkan bahwa diagnosis kanker berpotensi menimbulkan malapetaka, dengan lebih dari 75 persen pasien mengalami  kematian atau bencana keuangan dalam satu tahun. 

Ilustrasi kanker payudara.

Angka Kasus Penyakit Ginjal Makin Meningkat, Sedot Dana BPJS Hingga Rp2,9 T

Maka tak heran, kanker merupakan masalah kesehatan besar yang berdampak buruk terhadap kehidupan pasien secara sosial dan ekonomi.

Kesulitan untuk mengakses obat dan belum mendapat perawatan kanker yang optimal, membuat kelangsungan hidup terpengaruh dan beban sosial ekonomi pasien menjadi meningkat. Maka, upaya optimalisasi layanan kesehatan kanker di dalam program JKN perlu didukung oleh kebijakan kesehatan yang dapat memastikan tersedianya akses yang setara, tepat waktu dan terjangkau untuk pasien.

Untuk itu diperlukan adanya fungsi maksimal dalam perencanaan pengendalian kanker nasional.Tentu hal tersebut memerlukan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan serta optimalisasi dalam alokasi investasi dan upaya pembiayaan bersama. 

"Biaya pengobatan untuk penyakit degeneratif seperti kanker merupakan penyebab kemiskinan di negara-negara di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Oleh karena itu sepatutnya kanker menjadi prioritas dan dilihat sebagai isu nasional yang tidak hanya terbatas pada kesehatan, namun lintas sektor yang memengaruhi kondisi sosial dan ekonomi," ujar pakar sosial ekonomi kesehatan, Prof. Budi Hidayat,SKM, MPPM, PhD, di kesempatan yang sama.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya