Penelitian Terkait Diabetes Melitus di Indonesia Masih Rendah

Ilustrasi cek gula darah.
Sumber :
  • Pexels

VIVA – Diabetes masih menjadi ancaman yang serius bagi masyarakat Indonesia. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2018, prevalensi penderita diabetes meningkat dari 5,7 persen (2007) dan 6,9 persen (2013) menjadi 8,5 persen (2018), dengan total kasus diabetes yang telah mencapai angka 10,3 juta. 

Dosen Keluhkan Kesulitan Unggah Proposal Penelitian di Simlitabmas

Sayangnya, di Indonesia masih sedikit sekali penelitian yang fokus pada diabetes melitus, terlebih yang dapat dengan mudah diimplementasikan secara nyata. Secara umum, jumlah peneliti di Indonesia sendiri juga masih kalah tertinggal jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia. 

Mengutip data dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2016, Prof. Dr. Antonius Suwanto, Profesor di bidang Mikrobiologi dan Rekayasa Genetika, Institut Pertanian Bogor dan Dekan Fakultas Tekno Biologi, UNIKA Atma Jaya Jakarta, per tahunnya, Malaysia mampu menghasilkan hingga 25 ribu penelitian, Singapura 18 ribu penelitian, Thailand 12 ribu – 13 ribu penelitian. Sementara Indonesia mampu menghasilkan hampir 10 ribu riset setahun.

Paracetamol Berisiko Serangan Jantung dan Stroke, Menurut Penelitian

"Jangankan untuk hasil penelitiannya, penelitinya saja sedikit. Penelitiannya tentu kecil lagi, itu dari segi kuantitas. Seringkali juga kualitasnya juga rendah. Penelitian kita jarang sekali  masuk jurnal kualitas tinggi," kata dalam Nutrifood Research Grant 2018. 

Hal ini sendiri disebabkan oleh berbagai faktor mulai dari kurangnya minat hingga kurangnya pembiayaan. Oleh karena itu, sangat diperlukan kolaborasi lintas sektoral, baik dari akademisi, pemerintah, maupun swasta, untuk mendukung lahirnya penelitian ilmiah di Indonesia, termasuk di bidang kesehatan.

Penelitian Obat Diabetes Baru Membuahkan Hasil

"Hadirnya acara ini menjadi contoh bentuk kontribusi dan kolaborasi pihak swasta dan akademisi untuk meningkatkan penelitian ilmiah dalam bidang kesehatan, khususnya terkait diabetes melitus tipe 2," kata dia. 

Ia berharap, program ini mampu membuka mata masyarakat bahwa Indonesia memiliki peneliti-peneliti berkualitas yang dapat berperan memajukan ilmu kesehatan baik di tingkat lokal maupun internasional.

Omicron varian baru Covid-19 (ilustrasi)

Riset: Omicron 75 Persen Lebih Kecil Sebabkan Kematian Daripada Delta

Orang-orang yang terinfeksi COVID-19 varian Omicron hampir 75 persen lebih kecil kemungkinannya mengalami penyakit parah atau meninggal.

img_title
VIVA.co.id
23 Februari 2022