Ahli Gizi: Micin Aman Bagi Tubuh

Ilustrasi garam, MSG dan gula.
Sumber :
  • Pixabay/Stocksnap

VIVA – Banyak yang menganggap bahwa monosadium glutamat (MSG) atau biasa disebut vetsin atau micin berbahaya untuk kesehatan. Padahal, menurut ahli gizi Johanes Chandrawinata, micin justru bermanfaat bagi tubuh orang yang mengonsumsinya.

Program Beasiswa S2 ke Jepang Dibuka, Ini Syarat dan Pilihan Universitasnya 

MSG ditemukan oleh seorang profesor asal Jepang bernama Kikunae Ikeda tahun 1908 silam. Glutamat adalah sumber rasa gurih dari kaldu rumpu laut, lazim disebut rasa umami. Pada 1909, umami diproduksi komersial. Sejak itu pabrik produksi bahan tambahan pangan dari bahan pokok MSG muncul.

"MSG mengandung glutamat bebas 78 persen, ini yang menimbulkan rasa gurih atau umami. Sisanya, 10 persen air dan natrium 12 persen," kata Johanes dalam edukasi MSG di pabrik Ajinomoto Indonesia di Mlirip, Jetis, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, pada Kamis, 29 November 2018.

Obesitas Sebabkan Banyak Penyakit, Ini 3 Faktor Pemicunya

Ajinomoto

Nah, glutamat, lanjut Johanes, ada di semua rasa makhluk hidup kecuali satu, yakni panda. Ada pun umami yang terkandung di dalamnya adalah satu dari lima rasa dasar, yaitu manis, asin, asam, pahit, dan umami. "Dia (rasa umami) ada di lidah dan bisa timbul dengan diransang tiga zat, yakni glutamat, inosinate dan guanilate," ujarnya.

Gak Melulu Buruk, MSG Juga Punya Manfaat Ini

Sebetulnya, kata Master of Nutrition and Dietetic di Deakin University, Melbourne, itu, glutamat ada di mana-mana, seperti pada petis dan kecap hasil fermentasi kedelai, dan di beberapa tumbuhan. "Seperti tomat, keju, daging juga mengandung glutamat, rasa umami juga," tandas Johanes.

Manusia, lanjut Johanes mengonsumsi sekira 10-20 gram glutamat per hari dari MSG maupun suplai makanan. Dalam tubuh manusia sendiri terkandung sekira 10 gram glutamat bebas untuk orang dewasa. "Banyaknya di otot sekitar 6 gram dan di otak 2,3 gram glutamat.  Penting Anda tahu, tubuh manusia tidak membedakan apakah glutamat berasal dari makanan atau MSG," ujarnya.

Metabolisme glutamat kebanyakan berada di usus, yakni sekira 95 persen, sebagai suplai energi penggerak usus. "Jadi, dari sudut evolusi maupun nutrisi, MSG yang kualitasnya tinggi, yang murni, sebetulnya tidak menyumbang sesuatu yang aneh-aneh," kata Johanes.

Ajinomoto

Pada 1968, cerita Johanes, muncul pertama kali prasangka negatif tentan MSG yang dikenal dengan chinese restaurant syndrome. Isu yang muncul MSG berkontribusi pada gangguan kesehatan, seperti kerusakan otak, asma, kanker, janin, dan menimbulkan akumulasi darah.

"Jadi, kalau orang awam biasanya, pundaknya keras dan sakit habis makan di restoran ini, atau rasa kebas, panas, haus, sampai ke kepala. Itu chinese restaurant syndrome, itu tahun 1968 mulai munculnya. Padahal, MSG dari ditemukan 1908 sampai sekarang 110 tahun dan tidak ada apa-apa," katanya.

Apakah betul MSG menyebabkan gangguan kesehatan seperti itu? "Ternyata sudah ada penelitiannya bahwa chinese restaurant syndrome hanya terjadi pada orang-orang tertentu dan tidak disebabkan oleh MSG. Di Indonesia juga ada penelitiannya soal itu," ucap Johanes.

Direktur dan Factory Manager PT Ajinomoto Indonesia, Yudho Koesbandriyo, menyadari soal isu-isu negatif yang membuntuti perusahaannya, yang memproduksi bahan tambahan pangan seperti MSG atau micin, bumbu ekstrak daging sapi dan ayam, tepung bumbu, bumbu siap pakai, dan sejenisnya.

Kendati isu itu membuat masyarakat bingung, namun produksi Ajinomoto tidak menurun, bahkan berkembang. Salah satu cara untuk menepisnya ialah membuka ruang edukatif kepada masyarakat tentang MSG. "Kami membuka kesempatan kepada masyarakat untuk melihat langsung produksi Ajinomoto serta berdiskusi masalah MSG," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya