80 Persen Pasien Berbohong saat Konsultasi ke Dokter, Mengapa?

Ilustrasi dokter.
Sumber :
  • www.pixabay.com/jennycepeda

VIVA – Berkonsultasi ke dokter adalah salah satu cara untuk mengetahui kondisi tubuh yang tengah dialami. Semakin jujur hal-hal yang diungkapkan, tentu akan semakin akurat hasil diagnosis yang dokter berikan.

Berawal dari Hobi Pakai Brand Mewah, Selebgram Berusia 70 Tahun Ini Debut di Paris Fashion Week

Namun, sebuah survei yang dilakukan oleh University of Utah Health, Amerika Serikat, justru mengungkapkan bahwa 80 persen dari pasien berbohong kepada dokter, ketika ditanya terkait berapa sering ia berolahraga, berapa banyak asupan alkohol, apa yang dimakan, apakah merokok atau menggunakan narkoba, dan apa pun yang dapat membuat mereka terlihat buruk.

Survei yang dilakukan pada lebih dari 4.500 orang di AS itu juga mengungkap bahwa alasan utama mereka berbohong karena mereka khawatir dengan pendapat dokter, dan tidak ingin gaya hidupnya dipersalahkan. Demikian dilansir dari laman Daily Mail, Selasa, 4 Desember 2018.

Banyak Pasien Berobat ke Luar Negeri, Rumah Sakit di Indonesia Kini Dibuat Layaknya Hotel Bintang 5

"Kebanyakan orang ingin dokter berpikir baik tentang mereka. Mereka khawatir akan dianggap dokter sebagai orang yang tidak membuat keputusan yang baik," kata Dr Angela Fagerlin, ketua ilmu kesehatan populasi di University of Utah Health dan penulis senior studi tersebut.

Penelitian yang dipublikasikan di JAMA itu lantas memeringatkan bahwa ini adalah kekhawatiran nyata yang perlu ditangani dalam sistem perawatan kesehatan di AS dan juga di seluruh dunia.

Pengen Mulai Perawatan Kulit? Perhatikan Ini Biar Gak Terjerumus Klinik Abal-abal

"Saya terkejut bahwa sejumlah besar orang memilih untuk menahan informasi yang relatif tidak berbahaya, dan bahwa mereka akan mengakuinya (dalam survei),” kata penulis pertama studi ini, Andrea Gurmankin Levy, PhD, MBe, seorang profesor di bidang ilmu sosial di Middlesex Community College di Middletown, Connecticut.

Mereka memperingatkan bahwa melewatkan detail, bahkan yang paling kecil, berarti membuat dokter mereka tidak akan dapat memberi mereka saran terbaik.

“Jika pasien menahan informasi tentang apa yang mereka makan, atau apakah mereka meminum obat mereka, itu dapat memiliki implikasi yang signifikan terhadap kesehatan mereka. Terutama jika mereka memiliki penyakit kronis,” ujar Levy.

Namun, mereka mengakui bahwa, masalah seharusnya tidak hanya dibebankan pada pasien. Hal tersebut juga bisa terjadi karena kurangnya kepercayaan pasien terhadap dokter mereka. Oleh karena itu, para peneliti menyarankan untuk berkonsultasi pada dokter yang sama untuk membangun ikatan, dapat meredakan ketegangan atau ketakutan.

"Bagaimana dokter berkomunikasi dalam situasi tertentu dapat menyebabkan pasien ragu-ragu untuk membuka diri. Ini menimbulkan pertanyaan, apakah ada cara untuk melatih dokter untuk membantu pasien mereka merasa lebih nyaman,” ucap Levy. (csr)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya