Jangan Salah, Disfungsi Ereksi Juga Bisa Menyerang Pria Muda

Ilustrasi pria/laki-laki.
Sumber :
  • Pixabay/pexels

VIVA – Banyak orang beranggapan bahwa masalah disfungsi ereksi atau impotensi hanya urusan para pria. Kerisauan problem seksual itu juga hanya dirasakan oleh kaum adam. Padahal, pada gilirannya, masalah tersebut juga berdampak negatif pada pasangan. Itu artinya, impotensi juga problem bagi kaum hawa.

Tanpa Disadari Kebiasaan Ini Bikin Pria Disfungsi Ereksi Sampai Susah Orgasme

"Kata para ibu-ibu, kalau sudah tidak ereksi, pulangkan saja ke orangtuanya. Kenapa? Karena urusan seks ini selain untuk bikin anak, juga bikin enak," kelakar dokter spesialis andrologi, dr. Susanto Suryaatmadja, dalam seminar Mitos dan Fakta Disfungsi Ereksi oleh Pfizer di Surabaya, Jawa Timur, Rabu, 5 Desember 2018.

Berbeda dengan mitos yang berkembang, secara ilmiah disfungsi ereksi dipahami sebagai penyakit yang dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya. Impotensi dapat menyebabkan frustrasi, rendahnya percaya diri dan perasaan tidak mampu yang pada akhirnya dapat menyebabkan depresi dan agresivitas.

Wow! Tes Genom Bisa Deteksi Kanker dan Disfungsi Ereksi Pria, Ini Caranya!

Ada beberapa penyebab disfungsi ereksi. Di antaranya, penyakit kardiovaskular, hipertensi dan diabetes. Penyakit impotensi ini tidak hanya menyerang pria tua, tapi juga yang muda.

"Persepsi bahwa DE (disfungsi ereksi) hanya menyerang pria lebih tua adalah persepsi yang harus diluruskan, karena DE dapat menyerang semua pria tanpa mengenal batas usia," ucap Susanto.  

Bikin Indah Momen Malam Jumat, Ini Tips Picu Gairah Seks Pria Penderita Disfungsi Ereksi

Dampak disfungsi ereksi juga tidak hanya bagi kaum pria. Tapi hubungan pribadi, keluarga, bahkan sosial juga dapat terpengaruh jika dibiarkan tanpa perawatan. Kondisi seperti itu bertambah rumit ketika pria dengan disfungsi ereksi ogah menyelesaikan problem kesehatannya melalui prosedur medis yang benar. Alih-alih ke dokter, kebanyakan mencari cara sendiri mengatasinya.

Susanto menjelaskan, hasil studi Global Study of Sexual Attitudes and Behaviors atau GSSAB yang melibatkan 27.500 responden pria dan wanita dari 29 negara menunjukkan bahwa kebanyakan pria dan wanita dengan disfungsi seksual tidak berkonsultasi dengan dokter.

"Banyak memakai herbal padahal tidak bisa dipertanggungjawabkan," katanya.

Beberapa faktor kenapa banyak pria,  terutama di Asia, malas memeriksakan problem seksualnya secara benar, di antaranya karena budaya. Pria Asia dikenal konservatif terhadap seks dan kurang aktif secara seksual dibandingkan pria Barat.

Kendala lain untuk menemui dokter adalah dari sisi biaya, akses dan ketersediaan perawatan medis yang terbatas. Faktor-faktor sosial budaya dan ekonomi ini tampaknya menjadi penghalang orang mencari dan memperoleh perawatan medis.

"Kadang buat beli mobil bisa, tapi untuk periksa Rp200 ribu saja tidak bisa," ucap Susanto.

Temuan itu menyiratkan bahwa kesadaran publik tentang disfungsi ereksi diperlukan untuk mendorong pria untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis.

"Padahal, keengganan untuk berkonsultasi dengan dokter tanpa disadari dapat menimbulkan risiko yang lebih besar bagi kesehatan," ujar Susanto. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya