BPOM Buat Konsorsium Vaksin dan Produk Biologi

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI), Penny K Lukito.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Fikri Yusuf

VIVA – Hingga kini, industri farmasi Indonesia masih mengimpor sekitar 90 persen bahan baku obat. Kondisi ini pun mendorong pemerintah mengeluarkan kebijakan di antaranya Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN).

5 Syarat Kucing Peliharaanmu Sudah Bisa Divaksin Biar Tetap Sehat

Untuk mewujudkan hal itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM) menyusun langkah yang bertujuan memfasilitasi akselerasi pengembangan industri farmasi menuju kemandirian bahan baku obat dan produk biologi. Salah satunya adalah dengan pembentukan Konsorsium Vaksin dan Pengembangan Produk Biologi Lainnya.

Menurut Kepala BPOM RI Penny K. Lukito, dalam hal riset Indonesia memiliki potensi. Namun, ia ingin agar hasil riset ini tidak hanya ada di balik meja saja.

Sosok Helena Lim, ‘Crazy Rich’ PIK Jadi Tersangka Kasus Korupsi Timah

"Tapi, bagaimana hasil riset ini bisa menjadi produk yang memenuhi standar farmasi dalam aspek keamanan, mutu, dan khasiatnya," ujar Penny usai pembukaan Pencanangan Komitmen Konsorsium Vaksin dan Produk Biologi Lainnya di kawasan Sawah Besar, Jakarta, Kamis, 13 Desember 2018.

Konsorsium ini, lanjut Penny, juga menjadi bentuk dukungan demi terwujudnya visi dan misi dari Inpres No 6 Tahun 2016. Inpres ini mengatur mengenai percepatan pengembangan farmasi di Indonesia.

Sering Dialami Anak-Anak dan Mudah Menular, Apa yang Perlu Dilakukan Untuk Cegah Gondongan?

Langkah ini menjadi jawaban untuk mencapai kemandirian obat serta aspek potensi obat Indonesia masuk ke dalam pasar ekspor.(zzo)

Salah satu yang menjadi fokus konsorsium adalah vaksin. Meski belum diketahui vaksin apa yang akan dikembangkan oleh Indonesia, namun Penny mengatakan, nantinya akan dipilih satu vaksin sebagai pilot project untuk percepatan pengembangan obat ini.

Tak vaksin, konsorsium ini juga diharapkan bisa menelurkan inovasi baru dalam hal obat berbahan alam atau fitofarmaka dan produk biologi. Jika produk ini bisa dikembangkan dan diproduksi dalam skala besar harganya mungkin bisa lebih murah. Dengan semakin banyaknya alternatif obat, diharapkan bisa menurunkan beban BPJS untuk obat-obatan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya