Diet Ekstrem OMAD, Tokcer Turunkan Berat Badan Tapi Berisiko

Ilustrasi diet.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Tren diet kerap berganti, yang terbaru adalah diet OMAD. Singkatan dari One Meal A Day, diet OMAD tergolong ekstrem karena pengikutnya diharuskan berpuasa dalam jangka waktu lama. Sesuai namanya, Anda hanya makan sekali dalam sehari dalam porsi standar tanpa pantangan makanan.

Dear Penderita Maag, 5 Tips Ini Bermanfaat Untukmu

Diet ini bertujuan untuk mengurangi asupan kalori, dirangkum dari laman Reader's Digest. "Diet OMAD secara teoritis bertujuan untuk menurunkan berat badan. Karena Anda hanya makan sekali dalam sehari, tidak lebih," Alyssa Pike, nutrisionis dari International Food Information Council Foundation.

Konsepnya cukup simpel, jika makan dalam porsi sedikit, maka jumlah kalori akan berkurang dan berat badan pun turun. Malina Malkani, MS, RDN, CDN juru bicara dari Academy of Nutrition and Dietetics, dan Alyssa setuju, diet OMAD bisa berefek negatif bagi tubuh. "Salah satu isu utama yaitu dengan membatasi makanan. Dengan begitu, jumlah dan ragam vitamin serta nutrisi yang Anda dapatkan juga terbatas", ungkap Malina.

Menu Sahur Ini Bisa Bantu Turunkan Berat Badan

Kekurangan nutrisi bisa mengakibatkan masalah kesehatan seperti masalah pencernaan, kelainan kulit bahkan demensia. Seiring itu, makan lebih sedikit berarti tubuh hanya punya sedikit energi yang membuat Anda merasa lamban dan lemas.   

Diet ketogenik.

Mau Diet Defisit Kalori saat Lagi Puasa? Begini Caranya

Risiko jangka panjang diet OMAD sulit diketahui karena masih minimnya penelitian soal itu. Tapi satu hal yang pasti, tubuh akan menyiasati kurangnya asupan makanan dengan memperlambat metabolisme.

Kemungkinan besarnya, berat yang sudah berhasil dipangkas akan kembali lagi. "Tentu saja, diet ini mampu pangkas bobot dalam rentang waktu singkat, tapi apa yang terjadi ketika Anda mulai makan secara normal lagi," kata Alyssa. Diet yang menuntut kontrol atau pelarangan ekstrem terhadap kebiasaan makan seseorang tidak akan bertahan lama dan berbahaya untuk kesehatan mental.

Kesehatan mental adalah alasan utama mengapa Alyssa dan Malina tidak menyarankan diet yang menuntut pembatasan ekstrem. Aturan ketat ini bisa membuat orang kehilangan fokus dan hubungan yang sehat dengan makanan.

"Di sisi lain, pengikut diet OMAD menyatakan makan sekali sehari membuat mereka lebih fokus dan bebas diet," ungkap Malina. Karena tidak ada makanan yang dipantang, mereka merasa lebih bahagia dalam menjalani diet OMAD. Bahkan jika mereka hanya makan sekali dalam sehari.

Tapi Alyssa tidak yakin bahwa orang yang hanya makan sekali sehari tidak akan memikirkan soal makanan sepanjang hari. Hal ini bisa berujung pada pemilihan bahan makanan yang buruk saat tiba waktunya makan. Penelitian menunjukkan, berpuasa meningkatkan risiko kalap makan yang berhubungan dengan isu kesehatan fisik dan mental.

Kesimpulannya, meski diet OMAD efektif dalam jangka pendek, tapi berisiko menyalahgunakan makanan, gizi buruk dan akhirnya berat badan yang sudah berhasil dipangkas akan kembali.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya