Stunting Bukan Hanya Soal Ketersediaan Pangan Saja

Bayi baru lahir.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi kronis, sehingga anak lebih pendek untuk usianya. Stunting pun menjadi masalah yang serius di kemudian hari. Hal ini lantaran stunting dapat menurunkan kekebalan tubuh, berpengaruh pada kemampuan kognitif anak, hingga berisiko munculnya penyakit tidak menular seperti diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah.

Menag Yaqut Minta Tambahan Anggaran Rp17 Triliun untuk Stunting hingga Layanan Haji

Terkait masalah stunting, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Bambang Brodjonegoro menyebut penanganan stunting yang telah dimulai sejak awal tahun 2018 tidak hanya spesifik ada di Kementerian Kesehatan saja, tetapi juga melibatkan kementerian lainnya seperti Kementerian Pertanian dan Kementerian Perindustrian.

“Ketika kita berbicara peningkatan gizi tidak terlepas dari sumber gizinya yaitu pangan. Pertama dari Kementan kita dorong produksinya terutama pada produksi makanan yang lebih sehat terutama sayuran dan buah-buahan. Kemenperin melakukan fortivikasi untuk meningkatkan kualitas makanan tersebut sehingga gizi yang dihasilkan cukup,” kata dia kepada awak media dalam acara Hari Gizi Nasional di Kementerian Kesehatan Jakarta, Jumat 25 Januari 2019.

Program Ayo Cegah Stunting, Berbagi Ilmu Sajian Sehat dari Sumber Kebun Rumah

Dia melanjutkan permasalahan stunting bukan hanya terbatas pada ketersediaan pangan yang ada di pasar. Tetapi juga pengetahuan dan kesadaran untuk mengonsumsi makanan yang seimbang di masyarakat.

“Kita mengupayakan (kampanye) untuk isi piringku. Bukan hanya makan yang cukup dari jumlahnya. Tetapi juga gizi yang berimbang yang dibutuhkan ada,” jelas dia.

Sanitasi Buruk hingga Stunting Jadi Masalah Warga Tanjung Priok, Pelindo Lakukan Ini

Terkait dengan prioritas penanganan masalah stunting di lebih dari 100 daerah, dirinya menyebut akan mengalokasikan dana untuk membangun beberapa fasilitas penunjang  untuk mengatasi masalah tersebut.

“Anggaran menggunakan yang sudah ada di kementerian lembaga. Penanganan pada 100 atau lebih banyak daerah adalah satu hal supaya berbagai program kementerian lembaga plus dana desa bisa dimanfaatkan untuk kegiatan yang berpengaruh langsung kepada penderita stunting,” kata dia.

Dia mencontohkan dana anggaran yang telah ada dan dana desa akan difokuskan salah satunya untuk posyandu dan sanitasi air bersih. Nantinya kementerian lembaga baik kementerian kesehatan, kementerian pekerjaan umum, kementerian pertanian di desa-desa akan diarahkan sejalan untuk upaya pengurangan stunting.

“Kita fokus pada daerah yang stunting ratenya tinggi. Seperti salah satunya di Nusa Tenggara Timur, tapi jangan salah sangka di Jakarta ada stunting juga di Kepulauan Seribu. Tapi yang penting bukan berapa daerah yang diintervensi, tapi ujungnya yaitu pada tingkat stuntingnya,” jelas dia. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya