Cuka Bisa Naikkan Asam Lambung, Pilih Jenis Ini karena Lebih Aman

Ilustrasi cuka apel.
Sumber :
  • Istimewa/Vegan Kitchen

VIVA – Cuka banyak digunakan sebagai bahan masakan atau penambah rasa pada makanan. Cuka atau vinegar berasal dari bahasa Prancis, yakni vin aigre yang bermakna anggur asam. Bahan ini sudah digunakan sebagai bumbu masak sejak 3.000 Sebelum Masehi (SM) di Mesopotamia.

5 Makanan ini Sebaiknya Jangan Dikonsumsi saat Perut Kosong

Selain sebagai penyedap makanan, ternyata cuka juga disebut memiliki sejumlah manfaat kesehatan. Tapi, sebelum membuktikan khasiat cuka, Anda perlu tahu bahwa ada dua jenis cuka yang dijual di pasaran.

Ahli gizi klinis dr. Ida Gunawan, SpGK menjelaskan, cuka dibedakan menjadi dua, yaitu cuka alami dan cuka sintetis. Cuka alami adalah cuka yang dibuat dari fermentasi sayuran atau buah-buahan. Sedangkan cuka sintetis adalah cuka yang dibuat dari bahan kimia.

Sahur Berlemak? Awas, Bahaya Tersembunyi Mengintai!

"Biasanya yang dipakai adalah asam asetat dengan konsentrasi tinggi yang diencerkan dengan air, sehingga kadar asamnya lebih rendah," kata Ida dalam acara Ayo Hidup Sehat di tvOne, Senin, 11 Februari 2019.

Asam pada cuka sintetis ini cukup tinggi kadarnya, yaitu mencapai 15-40 persen. Tinggi kadar asam inilah yang bisa berdampak buruk bila dikonsumsi terlalu banyak.

Ramuan Herbal Zaidul Akbar Atasi Alergi, Cuma Perlu 3 Bahan yang Gampang Ditemui

Pada cuka alami, kadar asamnya jauh lebih rendah, yaitu sekitar 2-6 persen. Cuka alami inilah yang banyak digunakan dalam penelitian-penelitian yang menghasilkan beragam efek baik. Tapi sayangnya, penelitian tersebut masih sebatas pada sel kultur atau tikus.

Ilustrasi cuka

"Penelitian pada tikus memang betul dapat mengendalikan lemak. Tapi, penelitian pada manusia belum terbukti atau menunjukkan secara signifikan perbedaannya. Misalnya, karena konsumsi cuka apel, berat badannya jadi berkurang," tutur Ida.

Meski penelitian terhadap cuka banyak, namun penelitian yang dilakukan pada manusia masih sangat jarang. Kebanyakan penelitian yang dilakukan masih berupa studi epidemiologi, yaitu mengumpulkan data dari penelitian yang sudah ada, kemudian dianalisa.

Jika Anda memang suka menambahkan cuka pada makanan, sebaiknya hindari penggunaan cuka sintetis dalam jumlah banyak. Alasannya, cuka sintetis bisa menyebabkan masalah, seperti merusak gigi.

Menurut Ida, asam pada cuka sintetis yang tinggi bersifat melarutkan mineral, salah satunya adalah kalsium pada gigi. Tak heran, setiap habis mengonsumsi makanan asam, gigi pasti terasa ngilu.

Selain itu, semakin tinggi kadar asam, akan semakin tidak baik untuk lambung. Tapi, berbeda halnya dengan cuka alami dari sayur dan buah-buahan yang juga mengandung polifenol dan antioksidan. (ldp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya