Makan Keripik Kentang Bikin Ketagihan, Ada Candu?

Keripik kentang.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Ngemil menjadi kebiasaan yang sering dilakukan masyarakat kita terutama di waktu senggang. Salah satu camilan favorit yang tidak boleh terlewatkan adalah keripik kentang. Rasa gurih dan teksturnya yang crunchy saat digigit membuat camilan ini begitu digemari. 

8 Makanan 'Haram' Dikonsumsi, Picu Obesitas Hingga Lonjakan Gula Darah

Terkadang kita bahkan tidak sadar bisa menghabiskan berkantung-kantung keripik kentang saat ngemil. Memang diakui cukup sulit berhenti makan makanan asin ketika Anda memulainya. Lalu mengapa kita bisa begitu sulit untuk mengunyah makanan tersebut?

Ternyata bukan hanya manusia saja yang suka keripik kentang. Dalam satu penelitian di Frontiers in Psychology, peneliti membiarkan tikus memilih dari tiga makanan berbeda: chow standar, campuran lemak dan karbohidrat, atau keripik kentang.

Balenciaga Jual Clutch Keripik Kentang Lays Seharga Rp27,7 Juta

Dari ketiga makanan itu tikus jauh lebih menyukai keripik kentang daripada dua opsi lainnya. Jika bukan hanya lemak dan karbohidrat, apa yang menyebabkannya begitu disukai dan membuat ketagihan?

Dilansir dari laman Reader Digest, Jumat 22 Februari 2019, keripik kentang terkenal karena dua hal: garam dan lemak. Penelitian telah menunjukkan bahwa makan garam memicu pelepasan dopamin, pembawa pesan kimia yang mengendalikan pusat kesenangan otak. Begitu otak Anda mendapatkannya, membuat otak mulai menginginkan lebih banyak.

Ada Keripik Kentang Khusus Wanita, Bungkusnya Feminin Banget

Dalam sebuah penelitian di Australia, 48 responden orang dewasa dapat makan keripik kentang sebanyak yang mereka inginkan selama empat kali pada jam makan siang yang berbeda.

Makanan pasta pada dasarnya tampak sama kecuali satu: kandungan garam dan lemak. Sedangkan sausnya adalah rendah lemak / rendah garam, rendah lemak / tinggi garam, tinggi lemak / rendah garam, atau tinggi lemak / tinggi garam, dan responden mencoba masing-masing satu kali selama empat minggu.

Tidak peduli berapa banyak lemak yang ada dalam makanan, dari penelitian itu 48 responden itu diketahui 11 persen akan makan kalori dan makan lebih banyak ketika sausnya lebih asin, menurut hasil dalam The Journal of Nutrition.

Dengan saus berlemak tinggi, sebanyak 60 persen partisipan makan lebih banyak kalori, tetapi tidak harus makanan tambahan dalam hal berat. Lemak sendiri tinggi kalori, jadi responden makan lebih banyak kalori dengan jumlah makanan yang sama.

Biasanya, lemak membantu membuat makanan lebih menyenangkan sehingga orang tidak ingin terus makan dan makan — terutama ketika orang sangat sensitif terhadap lemak. Ketika makanan rendah garam, mudah untuk mengendalikan diri alih-alih makan berlebih, kata penulis studi Russel Keast, PhD, profesor ilmu indera di Deakin University. 

"Tapi ketika kita menambahkan garam ke makanan itu, tiba-tiba kontrol itu hilang," katanya kepada Time. 

Jadi keripik yang tidak memiliki garam lebih akan menjadi satu hal. Namun, begitu Anda menambahkan garam ke dalamnya, otak menginginkan sebanyak mungkin natrium (dan dopamin).

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya