Risiko Hipertensi, Picu Stroke, Gagal Ginjal Hingga Disfungsi Seksual

Ilustrasi hipertensi.
Sumber :
  • Pixabay/stevepb

VIVA – Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan darah di atas nilai normal 140/90 mmHg. Di dunia setidaknya ada 1 miliar penduduk yang mengalami hipertensi. Diprediksi akan ada kenaikan jumlah penderita hipertensi hingga 1,5 miliar pada tahun 2025.

Kolesterol Hingga Diabetes Bermunculan Usai Lebaran? Dokter Ungkap Penyebab dan Cara Atasinya

Pakar hipertensi dan Guru Besar di Departemen Penyakit Dalam FKUI, Prof.Dr.dr. Suhardjono, SpPD-KGH, menjelaskan bahwa prevelansi masyarakat dunia yang terkena hipertensi didominasi oleh negara maju dibandingkan negara berkembang.

Di Indonesia lanjut dia, berdasarkan survei Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), persentase penyakit hipertensi mengalami kenaikan. Dari 25,8 persen di 2013 menjadi 34,1 persen di tahun 2018.

Sadis! Suami Bakar Istri di Jayapura Gara-gara Sakit Stroke

“Semakin tinggi (penderita hipertensi), dari riset yang dilakukan di berbagai provinsi di Indonesia. Dari data itu diketahui 1 dari 3 penduduk Indonesia hipertensi,” kata dia dalam konferensi pers 13th Scientific Meeting of Indonesian Society of Hypertension di Hotel Sheraton Gandaria, Jakarta Selatan, Jumat 22 Februari 2019.

Dia melanjutkan ada 'Hukum Setengah' mengenai orang dengan hipertensi. Hukum itu menyebut bahwa separuh atau setengah penduduk tahu bahwa mereka mengidap hipertensi. Tapi hanya setengahnya saja yang berobat. Dari orang yang berobat, hanya setengah yang rutin kontrol.

5 Penyakit yang Sering Mengintai Usai Lebaran, Jangan Terlena Makan Opor dan Kue Kering!

“Itu 10-20 tahun lalu. Kalau survei Riskesdas 2018, waktu itu ada pertanyaan dalam survei yang menyebut apakah Anda menderita hipertensi atau tidak. Dari survei itu yang tahu dan didiagnosis terkena hipertensi sebanyak 8 persen. Jika dibandingkan dengan pengukuran 34,1 hanya ¼ orang yang tahu dia hipertensi,” lanjut dia.

Dia melanjutkan, dari 8 persen orang tersebut, diketahui bahwa hanya 54,4 persen yang rutin kontrol.Sedangkan sebanyak 32 persen yang tahu mereka mengidap hipertensi tidak rutin kontrol. Sedangkan 13 persen lainnya yang terkena hipertensi tidak minum obat.

“Perilaku orang memprihatinkan. Sebagian orang merasa sudah sehat, jadi untuk apa kontrol atau berobat. Hampir semua di seluruh dunia seperti itu,” kata dia.

Dia menyebut faktor penyebab hipertensi terbagi menjadi dua, yakni faktor genetik dan faktor lingkungan. Pada faktor genetik, hipertensi umumnya berkembang antara 35-55 tahun. Etnis Afrika-Amerika menempati risiko tertinggi hipertensi akibat keturunan. Beberapa penelitian meyakini 30-60 persen kasus hipertensi adalah diturunkan secara genetik.

Sedangkan faktor lingkungan yang meliputi diet dan makanan dengan kadar garam tinggi. Ada pula obesitas atau kegemukan, di mana tekanan darah meningkat seiring dengan peningkatan berat badan. Selain itu, merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah dan berisiko alami penyakit jantung koroner. Kondisi penyakit lain seperti diabetes melitus tipe dua turut meningkatkan risiko peningkatan tekanan darah tinggi hingga dua kali lipat.

“Penyakit ini harus dipahami. Akibat hipertensi pada tubuh akan terjadi stroke, penglihatan menghilang karena perdarahan di retina, serangan jantung, gagal jantung, gagal ginjal, hingga disfungsi seksual,” kata dia.

Dia melanjutkan penting melakukan skrining untuk mengetahui apakah seseorang terkena hipertensi atau tidak, mengingat hipertensi jarang menunjukkan gejala.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya