Jika Diabaikan, 5 Hal Ini Bisa Bikin Pernikahan Hancur

Ilustrasi perceraian/patah hati
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Dalam setiap hubungan, pasti ada pasang surut. Ada bahagia, ada sedih, bahkan ada luka. Jangan terlalu berharap pernikahan akan terus berjalan mulus. Bahkan, seringkali sikap pasangan menjadi pemicu kandasnya hubungan.

Kalina Ocktaranny Pamer Baju Pengantin, Siap Nikah Lagi?

Menurut teori kasih sayang John Bowlby, ketika emosi dan kasih sayang diabaikan, orang bisa beralih dari protes ke putus asa dan akhirnya mati ketika menjadi terpisah satu sama lain. Ini terjadi ketika pasangan tidak memberi respons emosional.

Tapi, saat merasa tersakiti, biasanya akan timbul ekspresi emosi. Jika emosi tak juga padam, seringkali memicu diri memilih jalan perpisahan.

Terkuak! Momen Mesra Nikita Mirzani Jalan Bareng Ibunda Rizky Irmansyah, Restu Sudah di Tangan?

Cara melindungi diri melawan rasa sakit ini menimbulkan reaksi defensif, pasangan akhirnya saling menyakiti, bukannya memahami perasaan di balik reaksi. Karena itu kenali dan hindari 5 tanda ini jika tak ingin pernikahan hancur seperti dilansir Your Tango:

Reaksi saat momen memanas

Afgan Syahreza Blak-blakan Cerita Soal Asmara, Udah Punya Pasangan?

Salah satu tanda jelas pernikahan hancur adalah bereaksi saat momen memanas atau ringan tangan satu sama lain. Komunikasi saat sedang marah biasanya menjadi saling serang, kritik, atau menyalahkan. Sehingga apa yang ingin coba dikomunikasikan hilang atau disalahartikan sebagai serangan pribadi pada pasangan.

Menghindari masalah

Membiarkan masalah menumpuk dan di luar kendali. Pasangan yang geram pada tingkah pasangan menjadi seseorang yang kerap mengendalikan atau mengatur. Padahal tak ada orang yang ingin diperintah untuk melakukan sesuatu.

Saling menyalahkan

Dibanding berkomunikasi tentang bagaimana perasaan justru memilih moody, mengomel atau mengeluh. Tak ada seorang pun ingin orang di sampingnya terus marah atau menyalahkan mereka. Banyak pasangan berhenti mendengar dan memahami satu sama lain ketika masalah tidak terselesaikan atau kebutuhan yang tidak terekspresikan, yang akhirnya menyebabkan kebencian. Sulit memiliki empati jika sudah merasakan benci.

Banyak orang melindungi diri dari rasa sakit atau menderita dengan mengabaikan apa yang mereka rasakan hingga berakhir menyerang atau rewel. Di tingkat ini, pasangan melihat Anda sebagai tukang kritik dan tidak memahami luka yang menyebabkan reaksi sikap Anda.

Menghindari konflik

Menghindari konflik bisa menyebabkan pernikahan hancur. Jika terus menjaga perasaan di dalam hati tenang, mungkin Anda menyerah pada diri sendiri atau kehilangan jati diri dalam hubungan tak sehat. Ini bisa memicu jarak atau ketidakpedulian atas apa yang dirasakan pasangan dengan melepaskan diri atau tidak mengingat mereka lagi.

Memendam benci

Memendam marah dan kebencian dan membiarkan pasangan merasakannya, jadi Anda memilih terjebak dalam masalah dibanding melangkah maju. Sulit mendengar ketika Anda ingin mereka menderita atas luka yang mereka sebabkan.

Anda coba tahan dengan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan dan tidak dapat menetapkan batasan atau batasan orang memperlakukan Anda. Ketika Anda mencoba membela diri, mereka mengabaikan karena sudah terlalu lama membiarkan Anda.

Alasan lain pernikahan gagal adalah karena satu orang mendengar masukan membangun yang dianggap sebagai kritik dan merasa dihakimi atau diserang, jadi mereka membangun dinding untuk menghindari reaksi negatif.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya