Susu Picu Perut Kembung, Mitos atau Fakta?

Ilustrasi susu.
Sumber :
  • Pixabay/manolofranco

VIVA – Susu lekat dengan label sebagai minuman kesehatan, kebugaran, dan penuh gizi. Namun, manfaat susu terkadang masih belum tersampaikan dengan baik sehingga membuat konsumsi susu masih rendah.

Narkoba Disamarkan Sebagai Susu! Pelajar Ditangkap di Bandara

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2017, konsumsi susu masyarakat Indonesia hanya 16,5 liter/kapita/tahun dari target 20 liter per kapita per tahun. Konsumsi ini merupakan yang terendah di Asia Tenggara dengan Brunei Darussalam yang mencapai 129.1 liter, Malaysia dengan 50.9 liter, Singapura sebanyak 46.1 liter, dan bahkan masih jauh lebih sedikit dibandingkan dari Vietnam yang berada di angka 20.1 liter susu per kapita per tahun.

Masih banyak kendala yang ditemukan dalam mempopulerkan susu sebagai minuman sehat, seperti hadirnya mitos terkait susu. Salah satu mitos yang sering hadir yaitu susu pemicu perut kembung.

Pengakuan Miris Pencuri di Minimarket Semarang Setelah Diamankan Polisi

"Mitos seputar susu harus dihilangkan lewat praktik minum susu disertai riset tentang perilaku minum susu. Pemahaman gizi yang keliru ini akan mengakibatkan tidak terpenuhinya asupan gizi sesuai dengan kebutuhan. Padahal susu merupakan salah satu asupan gizi yang memenuhi segala kebutuhan tubuh," ujar Dekan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Husmy Yurmiati Ir., M.S., dikutip dari siaran pers Frisian Flag, Senin, 6 Mei 2019.

Secara umum, susu tidak memicu perut kembung atau timbulnya gas. Namun, mengonsumsi susu dengan ditemani jenis makanan tertentu dapat membuat perut menjadi kembung, seperti buah yang mengandung asam. Hal ini yang perlu dipahami oleh masyarakat.

10 Makanan yang Menjadi Favorit Nabi Muhammad SAW

"Anda dapat menambahkan rempah seperti kayu manis atau jahe untuk membuat protein di susu diserap tubuh dengan baik," ujar ahli gizi Shilpa Arora dikutip dari laman Food NDTV.

Padahal, susu bisa menjadi sumber kalsium yang dibutuhkan tubuh. Sangat disayangkan, pola makan sehari-hari orang Indonesia belum memenuhi gizi seimbang mencakup kebutuhan susu.

Hasil studi SEANUTS (South East Asian Nutrition Survey) yang diinisiasi oleh FrieslandCampina tahun 2012 terhadap lebih dari 16.000 anak usia 6 bulan–12 tahun, menunjukkan bahwa anak-anak Indonesia mengalami berbagai permasalahan terkait dengan kesehatan dan gizi, seperti gaya hidup kurang aktif, malnutrisi, kekurangan vitamin D, serta gangguan pertumbuhan fisik atau stunting.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya