Begadang Tingkatkan Risiko Kanker Payudara, Benarkah?

Ilustrasi kanker payudara.
Sumber :
  • Pixabay/pexels

VIVA – Kanker payudara diketahui dipicu oleh beberapa faktor, seperti mengonsumsi alkohol dan obesitas. Namun, kini studi terbaru menyebutkan bahwa mereka yang sering begadang juga bisa meningkatkan risiko kanker payudara.

Tak Punya SIM, Begini Hasil Tes Urine Sopir Truk Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim

Studi baru, yang diterbitkan pekan ini di BMJ menemukan bahwa wanita yang menganggap dirinya "morning person" berada pada risiko yang sedikit lebih rendah (satu wanita kurang per 100) terkena kanker payudara dibandingkan yang suka tidur larut malam.

Mereka juga menemukan risiko potensial pada mereka yang cenderung tidur lebih dari yang disarankan, yakni tujuh hingga delapan jam. Namun bukti yang mengikat risiko kanker payudara dengan insomnia tidak dapat disimpulkan.

Antisipasi Konsumsi Alkohol dan Doping, Kesehatan Sopir Bakal Dicek Saat Mudik Lebaran

Dikutip dari New York Times, temuan ini mendukung penelitian sebelumnya yang menunjukkan hubungan antara karyawan shift malam dan kanker payudara. Pola kerja yang demikian diduga disebabkan oleh gangguan ritme sirkadian tubuh, kurangnya sinar Matahari dan gaya hidup lainnya.

Pada studi ini, para peneliti mengumpulkan data survei kesehatan lebih dari 400 ribu wanita (sekitar 180 ribu dari studi Biobank Inggris dan lebih dari 220 ribu dari studi Konsorsium Asosiasi Kanker Payudara), yang melaporkan mengenai preferensi tidur mereka. Namun, rekan-rekan di lapangan mengatakan penelitian ini seharusnya tidak menjadi alasan untuk khawatir atau mengubah pola tidur Anda.

7 Manfaat Mengurangi Konsumsi Gula untuk Kesehatan, Bisa Turunkan Obesitas

"Sangat berbahaya untuk menyarankan, bahkan secara tidak sengaja kepada wanita bahwa mengubah pola tidur mereka akan secara signifikan mengubah risiko kanker payudara," kata, profesor biologi kanker di University of Birmingham, Chris Bunce.

Bunce, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa wanita yang didiagnosis kanker payudara pada saat survei mungkin mengalami perubahan dalam tidur karena kanker itu sendiri.

“Dalam hal ini, pola tidur yang dilaporkan sendiri dan tindakan nongenetik lainnya yang diambil pada saat studi masuk mungkin tidak sama dengan sebelum mengembangkan kanker yang merupakan risiko utama,” katanya.

John O'Neill dari Medical Research Council Laboratory of Molecular Biology di Cambridge, Inggris memiliki interpretasi sebaliknya. "Punya chronotype (waktu aktif) di malam hari sangat sedikit risiko kanker payudara," ujarnya.  

Sementara itu, penulis penelitian tidak dapat mengklaim bahwa mengubah jadwal tidur akan mengurangi peluang terkena kanker payudara. Mereka percaya hasil mereka menunjukkan bahwa tidur memiliki efek yang bahkan lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya.

"Pesannya adalah bahwa mungkin orang tidak sepenuhnya menghargai bahwa tidur sangat penting dan memang memiliki manfaat kesehatan selain tidak merasa lelah secara fisik dan secara kognitif waspada dan sebagainya," tutur rekan penulis studi Caroline Relton, profesor epidemiologi epigenetik di Universitas Bristol.

Namun, dia mengatakan bahwa faktor risiko utama yang kita ketahui terkait dengan kanker payudara adalah mengonsumsi alkohol dan obesitas atau Indeks Massa Tubuh yang tinggi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya