Mencegah Dampak Negatif Olahraga Lari

Ilustrasi lari
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Selama beberapa tahun belakangan, olahraga lari menjadi tren di Indonesia, bahkan di seluruh dunia. Hal ini sejalan dengan mulai jenuhnya masyarakat berolahraga di dalam ruang dan keinginan untuk berekspresi seluas-luasnya saat berlatih ternyata mampu menggerakkan animo masyarakat untuk memulai berolahraga.

Hobi Lari, Politisi Golkar Misbakhun Capai Finis di London Marathon 2024

Lewat rilis yang diterima VIVA diungkaokan, olahraga lari sendiri harus diakui memiliki banyak sekali keunggulan. Selain biayanya yang relatif murah, mudah melakukannya, dapat dilakukan di mana saja, juga mampu masuk ke dalam berbagai komunitas masyarakat dan hal ini juga ditopang dengan tren berkembangnya media sosial sehingga kepopuleran olahraga lari cepat dikenal oleh masyarakat luas.Bahkan, melalui olahraga lari, jalinan relasi pun dapat berkembang lebih luas, terutama melalui komunitas.

Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan berlari dengan cara yang baik dan benar maka kemajuan perekonomian yang berhubungan dengan olahraga lari ini pun menjadi tak terbendung dan kondisi ini terlihat dengan jelas meningkatnya permintaan masyarakat pelari akan perlengkapan lari yang dimulai dari pakaian olahraga khusus pelari, kaos kaki, sepatu, minuman, suplemen olahraga, gawai terkini untuk merekam aktifitas lari, bahkan pelatih teknik dan fisik yang diyakini akan meningkatkan performa pelari saat berolahraga.

Pemred tvOnenews.com, Jurnalis Pertama Indonesia Peraih Six Star World Marathon

Peningkatan akan ajang olahraga lari juga difasilitasi oleh kalangan pebisnis dengan mensponsori berbagai event lomba yang mulai dari 5K, 10K, half marathon, full marathon, ultra marathon. Manakala hal itu dirasakan mulai jenuh maka penyelenggara dengan sangat kreatif mengadakan bentuk lomba yang baru misalnya Vertical Run, Color Run, Mountain Run, dan lainnya sehingga setiap bulan masyarakat pecinta olahraga ini memiliki kesempatan untuk mengikuti lomba lari dengan berbagai jenis di berbagai tempat. Tentunya para pelari yang mendapat penawaran kalender lomba sedemikian banyak akan merasa sangat dimanjakan, dan tak heran bila ada yang bersedia mengikuti lebih dari satu lomba dalam satu bulan secara berturut-turut.

Meski olahraga lari memiliki banyak dampak positif baik secara fisik maupun mental, namun, dikatakan oleh dr Michael Triangto, SpKO spesialis kedokteran olahraga dari RS Mitra Kemayoran dan Klinik Slim n Health Jakarta, ada juga dampak negatif yang harus diwaspadai dari kegiatan olahraga ini.

Usai Jepang, Raffi Ahmad Bakal Ikut Lari Maraton ke Inggris dan Jerman

Dari sudut pandang kedokteran olahraga pihaknya menilai, peningkatan minat masyarakat dalam berolahraga lari ini merupakan kabar baik yang diharapkan mampu meningkatkan taraf kesehatan masyarakat dan dapat mengurangi terjadinya penyakit-penyakit tidak menular seperti obesitas, diabetes melitus, hipertensi, kolesterol darah tinggi dan penyakit-penyakit lainnya bilamana kita mampu mengantisipasi hal–hal negatif yang mungkin terjadi.

Ditambahkan oleh dr Michael, bahkan dalam catatan sejarah olahraga marathon yang berawal dari Pheidippides, seorang prajurit Yunani yang berlari sejauh 42.195 KM ke Athena untuk memberitahukan kemenangan perang di Marathon yang berakhir dengan kematiannya, akan mengingatkan kita kalau berlari sejauh itu dapat berakibat fatal bila tidak memiliki kesiapan fisik yang prima.

"Demikian juga halnya bila para penggemar olahraga lari mengikuti euforia olahraga lari namun tanpa pengetahuan tentang kesehatan olahraga yang benar."

Dalam perkembangan fenomena olahraga lari ini juga terdapat berbagai kasus ringan seperti cedera, terkilir, overused injury, dehidrasi, hingga yang berat seperti pingsan bahkan meninggal,"katanya.

Seperti puncak gunung es, karena masih banyak kasus-kasus yang tidak tercatat akibat para korbannya tidak pernah melaporkan kejadian tersebut. Untuk itu, kata dr Michael, peran serta dari berbagai pihak terkait sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai permasalah yang ada, menekan terjadinya gangguan kesehatan dan tetap menjaga tren positif dari olahraga lari itu sendiri.

Ilustrasi lomba lari

Menurut dr Michael Triangto, beberapa solusi masalah ini harus dimulai dari:
1. Sertifikat

Diri pelari itu sendiri yang harus memeriksakan kesehatan maupun kebugaran tubuhnya secara teratur yang dinyatakan dalam bentuk sertifikat kesehatan untuk berlari dalam tingkatan yang sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dengan demikian diharapkan tidak akan ada pemula yang dapat langsung mengikuti lomba marathon tanpa melalui 5K, 10K, half marathon terlebih dahulu.

Sertifikat kesehatan itu sendiri harus dikeluarkan oleh dokter spesialis kedokteran olahraga atau yang memiliki kompetensi dalam memeriksa kesehatan juga kebugaran pelari yang berlaku hanya untuk masa waktu tertentu dan harus diperbaharui bilamana masa berlakunya telah berakhir.

Hal ini dikarenakan kondisi tubuh dan metabolisme setiap pelari dapat berubah sewaktu-waktu, dan dengan check-up rutin akan membantu mencegah pelari mengalami hal negatif terhaap kesehatan yang bisa jadi terjadi pada saat hendak atau sedang mengikuti kompetisi lari.
2. Cek Kesehatan

Mengatasi terlebih dahulu berbagai masalah kesehatan yang ditemukan sebelum berlomba mulai dari adanya pengobatan penyakit, gangguan postur sampai dengan kelainan bentuk dari telapak kaki agar tidak menjadi gangguan kesehatan yang lebih serius pada saat sedang menyiapkan atau sedang mengikuti kompetisi lari.


3. Cari Info

Meningkatkan pengetahuan tentang segala hal yang berhubungan dengan olahraga lari, mulai dari teknik berlari yang benar, peralatan yang harus dimiliki, pemilihan medan yang akan ditempuh, pengaturan periodisasi latihan yang baik sampai masa istirahat yang cukup. Kondisi ini diharapkan mampu mencegah pelari untuk mengikuti semua event lari yang ada dan lebih selektif dalam berlomba sehingga target untuk hidup lebih sehat juga dapat tercapai.

Ilustrasi Jogging Lari
4. Persiapan Maksimal

Selain dari sisi peserta lari, penyelenggara juga harus mempersiapkan lomba sebaik-baiknya dari sisi keamanan lintasan, depot air yang cukup dalam jarak yang ditentukan, tim medis, para medis dan ambulans yang memadai dan terampil dalam menangani kasus-kasus gangguan kesehatan akibat olahraga dan tidak lupa asuransi untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
5. Pastikan Aman

Para penyelenggara juga diharapkan melibatkan induk olahraga atletik untuk meningkatkan nilai keamanan dari setiap lomba dengan memberikan pelatihan bagi para pelari dan instruktur secara berkala dan memberikan sertifikat sebagai salah satu syarat untuk mengikuti lomba ataupun untuk menjadi pelatih lari profesional.

6. Ada Campur Tangan Pemerintah

Selain komunitas dan perhimpunan olahraga terkait, penyelenggara juga sebaiknya melibatkan pemerintah seperti Kemenkes bersama Kemenpora sebagai pemangku kepentingan kesehatan masyarakat dan berbagai jenis kegiatan olahraga juga untuk meningkatkan keamanan dan mutu dari setiap lomba dengan membuat berbagai peraturan dan pengawasan atas berjalannya peraturan tersebut sebagaimana yang telah ditetapkan.
 
"Tentunya semua ini akan membutuhkan biaya namun diharapkan dapat mencegah terjadinya kejadian fatal yang tidak diinginkan. Lalu apakah dengan dilakukannya berbagai kebijakan di atas akan mampu menekan angka gangguan kesehatan dan kematian akibat olahraga lari dapat menjadi “nol”?

"Jawabnya tidak! Namun saya percaya kita akan mampu menekan angka kesakitan dan kematian tersebut menjadi minimal dan meningkatkan kualitas dari lomba yang pada akhirnya akan meningkatkan kesehatan masyarakat, mengurangi biaya pengobatan yang dikeluarkan pemerintah, meningkatan kemampuan bekerja dan juga akan mampu meningkatkan roda perekonomian negara kita tanpa perlu mengorbankan pihak-pihak tertentu," tutup Michael. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya