Belajar dari Joker, Kenali Depresi Lewat Perubahan Perilaku Ini

Film Joker dibintangi oleh Joaquin Phoenix
Sumber :
  • Warner Bros.

VIVA – Joker menjadi sosok penjahat yang dipicu dari hidupnya yang kesepian dan minim kasih sayang. Sosok Joker digambarkan kerap memendam perasaan yang ia rasakan sehingga membuatnya depresi bahkan ingin bunuh diri.

Menguak Tirai Depresi: Gejala, Solusi, dan Dukungan untuk Kesembuhan

Di beberapa adegan film, Joker terlihat tengah berjuang menjalani hidupnya di saat dirinya kekurangan perhatian dari orang di sekitar. Tak heran, Joker menjadi depresi dan menjadi brutal. Film Joker menunjukkan betapa mengerikannya seseorang yang depresi dan tidak ditangani dengan tepat.

"Salah satu gejala depresi itu awalnya dia akan banyak diam, sedih. Ada tiga, jadi gangguan dari afek atau mood-nya kemudian gangguan pada isi pikirnya, kognitifnya dan gangguan pada perilaku. Jadi orang depresi, dua di antara tiga itu fungsi menurun," ujar spesialis kesehatan jiwa, dr. Agung Frijanto SpKJ, dalam temu media di Gedung Kemenkes RI, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Menurut Ahli, Terlalu Banyak Tidur Bisa Jadi Gejala Depresi

Baca juga: Begini Cara Men-support Wanita yang Baru Keguguran Seperti Irish Bella

Dokter Agung menuturkan, kondisi depresi memicu baik itu keinginannya, minatnya, afeknya, kemudian dua di antara tiga hal itu menurun sehingga dia lebih banyak diam. Sayang, pada tahap ini, orang di sekitar cenderung tidak mengenali tanda depresi tersebut.

Depresi, Pria Muda Bunuh Diri Loncat dari Lantai 8 Apartemen

"Kebanyakan kan dia malah di kamar, main sama media sosial, menulis di status, curhat di wall FB, orangtua tenang-tenang saja padahal di dalam kamar itu dia melakukan hal-hal yang harus segera ditangani," lanjutnya.

Penyebab depresi ini, lanjut dokter Agung, cukup banyak faktor. Salah satunya, faktor biologis di mana sudah ada hormon di otaknya dengan kecenderungan depresi. Bisa juga faktor psikososial yang mana dia diasuh oleh orangtua yang mudah depresi juga sehingga meneladani sikap tersebut.

"Ada juga faktor religispiritualitas, itu dia tidak memahami makna kehidupan atau dia memahami religius yang salah. Itu juga bisa memperburuk kondisi kesehatan jiwa," paparnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya