Konflik Rumah Tangga Tak Tertangani Bisa Picu Depresi

Ilustrasi wanita mengalami depresi.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Menjalani masa pernikahan bukan hal yang mudah. Beberapa kendala kerap hadir dan memicu pertengkaran sehingga tak jarang yang berakhir dengan kondisi depresi bahkan keinginan bunuh diri.

Depresi, Pria Muda Bunuh Diri Loncat dari Lantai 8 Apartemen

Sebelum memasuki jenjang pernikahan, masa-masa persiapan akad dan resepsi pun kerap dirundung permasalahan. Terlebih, banyak hal yang dianggap sepele yang akhirnya cenderung memicu permasalahan yang tak disadari.

"Dari baru persiapan nikah saja bisa banyak berantem dari dua keluarga dan bisa memicu stres sebelum nikah. Setelahnya, penyesuaian diri dengan pasangan apalagi kalau tinggal di rumah mertua, pasti ada friksi," ujar dokter spesialis kejiwaan, dr. Heriani, SpKJ(K) dalam temu media di IMERI FKUI, Jakarta, Rabu 8 Oktober 2019.

Supaya Lebih Gembira, Ibu di Inggris Ubah Nama dan Gaya Jadi Unicorn

Baca juga: Miris, 42 Persen Perempuan Alami Pelecehan saat Melahirkan

Penyesuaian pada hal-hal kecil, kata dokter Heriani, bisa berdampak besar jika tidak ditangani dengan tepat. Salah satu penyebab utamanya yaitu akibat komunikasi yang buruk.

Depresi, Anggota Kostrad Diduga Tusuk Diri Sendiri di Kemayoran

"Kalau tidak ditanggulangi segera dan kalau tidak bisa dikomunikasikan, bisa tertekan lalu muncul gangguan seperti depresi. Depresi itu berawal dari mood yang kurang baik," jelasnya.

Depresi dalam pernikahan sendiri bisa dikenali lewat kebiasaan yang mulaì dijalani tanpa semangat. Selain itu, gangguan secara fokus dan konsentrasi akhirnya membuat masalah lain di pekerjaan dan hubungan dengan orang sekitar.

"Tidur, seks, makan semua terganggu mulai dari situ. Akhirnya menjadi enggak bisa fokus dan konsentrasi lalu kalau tidak bisa melakukan fungsinya, bisa jadi depresi kemudian cara berpikir mulai jelek, apalagi mulai ada ide bunuh diri," terangnya.

Dokter Heriani menegaskan penanganan paling utama adalah dengan saling mendengarkan dengan saksama. Selanjutnya, ungkapkan perasaan dengan kata-kata yang tepat dan intonasi yang rendah.

"Coba pikir dulu perasaan marah atau sedih muncul dari mana, kalau masih panas, dinginin sendiri dulu. Coba setelah dingin diutarakan maunya seperti apa, lagi punya masalah apa dan masing-masing bisa bicara dengan level rendah agar terselesaikan," terangnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya