Mengenal Bahaya Cyber Bully Seperti yang Dialami Melly Goeslaw

Penyanyi Melly Goeslaw
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Budi Candra Setya

VIVA – Melly Goeslaw berang karena merasa diolok-olok usai sosoknya menjadi inspirasi kostum Pesta Halloween. Adalah make up artis kondang Bubah Alfian yang mengenakan kostum tersebut dan menyinggung perasaan Melly.

Sinema Sebagai Media Edukasi, Para Guru Diajak Nonton Bareng Film Budi Pekerti

Istri musisi Anto Hoed itu pun tak tinggal diam. Ia menyampaikan amarahnya melalui tulisan dalam unggahan di instagramnya yang kini telah dihapus. Menurut pelantun Ada Apa Dengan Cinta ini, sosoknya boleh menjadi inspirasi dengan menampilkan karakter baik dari dirinya.

Sementara itu, Bubah yang berdandan ala Melly Goeslaw seolah menunjukkan sikap yang bukan karakter khas Melly. Orang di sekelilingnya seperti Rossa dan Vidi Aldiano pun menertawai sikap Bubah. Wanita 35 tahun itu merasa hal tersebut sudah termasuk dalam cyber bullying.

Lupa Etika di Media Sosial

Terkait isu bully melalui internet sendiri sebenarnya bisa berdampak buruk termasuk gangguan mental. Dikutip dari siaran pers Sequis, data WHO menyebutkan setengah dari penyakit mental bermula sejak remaja, yakni di usia 14 tahun dengan banyak kasus yang tidak tertangani sejak dini. Bunuh diri akibat depresi juga menjadi penyebab kematian tertinggi pada anak muda usia 15-29 tahun.

Perubahan lingkungan ikut memicu generasi milenial rentan pada gangguan mental. Salah satunya, adanya kemajuan teknologi yang menuntut kemampuan beradaptasi dari penggunanya tetapi sayangnya kebanyakan dari milenial tidak mampu memanfaatkan dengan baik. Sebut saja kemudahan mendapatkan informasi tapi tidak mau melakukan verifikasi, menggunakan aplikasi yang tidak sesuai umur, mudahnya berkomunikasi dengan siapa saja secara privat, bisa berbagi foto, video, dan content yang dapat dijadikan materi untuk menjatuhkan seseorang.

Survei: Etika Digital Masyarakat Indonesia Masih Kurang

Kehadiran media sosial sebenarnya untuk memudahkan koneksi sosial tetapi kenyatannya media sosial dan media mainstream sering menampilkan dunia fatamorgana yang penuh kebahagiaan dan kemewahan yang nampak abadi terbingkai rapi dalam feed Instagram, WhatsApp story, atau media sosial lainnya. Make up, dan filter berhasil membuat penampilan jauh lebih menarik.

Artinya, banyak hal yang tidak realistis dan semu dalam social media demi membangun image, keperluan eksistensi sosial atau kepentingan bisnis. 

Intensitas menggunakan media sosial berlebihan dapat mengakibatkan ketergantungan dan membuat sebagian milenial tidak percaya diri, membandingkan dirinya dengan orang lain yang mereka lihat di media sosial, cemas, menjadi pribadi yang manipulatif agar terlihat sempurna hingga menjadi depresi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya