Susu Kental Manis dan Bahayanya untuk Perkembangan Gizi Anak

Susu kental manis (SKM).
Sumber :
  • Pinterest/Kelli Foster

VIVA – Kontroversi tentang susu kental manis hingga kini masih sering dibicarakan. Bahkan banyak penelitian mengungkap, bahaya susu kental manis untuk kesehatan. Sepanjang 2019, PP Aisyiyah bersama Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) secara rutin telah melakukan edukasi tentang gizi dan bijak mengkonsumsi susu kental manis di sejumlah kota di Indonesia. Di antaranya adalah Padang, Lombok, Cirebon, Serang, Bandung dan Jambi dan telah mengedukasi sekitar 1.000 kader Aisyiyah.

Jurus Ampuh Papua Basmi Stunting, Dokter Hasto Berikan Strategi Jitu

Chairunnisa, Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah menegaskan perlunya dilakukan edukasi tentang cara penggunaan susu kental manis yang bijak dan tepat. Edukasi dilakukan secara berjenjang melalui para kader agar edukasi tentang bijak mengkonsumsi susu kental manis dapat sampai kemasyarakat secara lebih luas. “Ibu harus mampu memilah dan memilih dengan baik produk pangan yang banyak diiklankan di media massa,” jelas Chairunnisa.

Tak hanya itu, terhadap pemerintah dan para pengambil kebijakan advokasi juga gencar dilakukan. “Kami bersinergi dengan BPOM, baik di pusat maupun di daerah, serta Dinas Kesehatan untuk melaporkan segala hal yang terjadi pada penyimpangan label dan iklan SKM. Kami juga mengharapkan partisipasi masyarakat untuk ikut mengawasi,” ujar Chairunnisa.

20 Negara dengan Tingkat Stunting Tertinggi di Dunia, Indonesia Bersyukur

Lewat rilis yang diterima VIVA, Ketua Harian YAICI Arif Hidayat menjelaskan, kader-kader Aisyiyah yang mengikuti kegiatan edukasi diharapkan dapat menyampaikan lagi informasi tersebut kepada lingkungan terdekatnya, yaitu keluarga dan tetangga sekitar.

“Kader-kader yang mengikuti kegiatan edukasi ini, yang notabene adalah perempuan dan ibu  nantinya akan meneruskan lagi informasi tentang gizi untuk anak dan keluarga kepada lingkungan terdekatnya. Jadi sebenarnya sudah lebih dari 1.000 orang yang teredukasi. Kami harapkan edukasi berjenjang seperti ini akan efektif mengedukasi masyarakat untuk tidak lagi memberikan susu kental manis sebagai minuman untuk anak,” jelas Arif.

Cara IDSurvey Dukung Penurunan Angka Stunting Anak Indonesia

Lebih lanjut, Arif mengungkapkan alasan gencarnya YAICI dan Aisyiyah melakukan edukasi tentang gizi dan cara bijak mengkonsumsi susu kental manis adalah berdasarkan temuan pada 2018, sebanyak 4 kasus gizi buruk pada anak rentang usia 0 – 23 bulan disebabkan oleh konsumsi susu kental manis sejak bayi di Batam, Kendari dan Sulawesi Selatan. Satu orang diantaranya meninggal pada usia 10 bulan. Diketahui, orang tua memberikan susu kental manis untuk anak karena beranggapan produk tersebut adalah susu yang dapat memenuhi gizi anak, harga yang ekonomis dan kemasan iklan yang menampilkan susu kental manis sebagai minuman susu.

Menindaklanjuti temuan tersebut, berbagai upaya dilakukan YAICI dalam rangka pencegahan kesalahan merubah persepsi salah di masyarakat tentang susu kental manis. Diantara yang telah dilakukan adalah bermitra dengan banyak pihak, salah satunya adalah PP Aisyiyah untuk melakukan edukasi kepada masyarakat.  

Tak hanya itu,  pada periode September – November 2019,  YAICI bersama Majelis Kesehatan PP Aisyiyah juga  melakukan survei konsumsi Susu Kental Manis/Krimer Kental di Provinsi Aceh, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Utara Manado. Hasilnya, dapat disimpulkan bahwa iklan produk pangan pada media massa khususnya televisi sangat mempengaruhi keputusan orang tua terhadap pemberian asupan gizi untuk anak.

“Sebanyak 37 persen responden beranggapan bahwa susu kental manis adalah susu, bukan topping, dan 73 persen responden mengetahui informasi susu kental manis sebagai susu dari iklan televisi. Betapa televisi menjadi konsumsi harian masyarakat yang berpengaruh terhadap pembentukan persepsi. Iklan sebagai promosi produk yang ditayangkan berulang yang akhirnya akan mempengaruhi  persepsi masyarakat terhadap produk yang diiklankan. Salah satu contohnya adalah susu kental manis, selama ini diiklankan sebagai susu, maka hingga hari ini masih ada masyarakat yang mengkonsumsi susu kental manis sebagai susu, meskipun BPOM telah melarang,” ujar Arif.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya