Permintaan Sarung Tangan Meningkat Gara-gara Wabah Virus Corona

Perawat di rumah sakit di Wuhan, China.
Sumber :
  • Guangzhou Daily

VIVA – Publik dunia tengah dikhawatirkan dengan kasus Virus Corona (Coronavirus/nCov) penyebab pneumonia misterius dari Wuhan, China, sejak akhir 2019. Coronavirus adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan infeksi mulai dari flu biasa hingga SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome).

COVID-19 di Jakarta Naik Lagi, Total Ada 365 Kasus

Director of the State Key Laboratory for Diagnosis and Treatment of Infectious Diseases, Li Lanjuan, mengatakan Virus Corona Wuhan yang saat ini menyebar di seluruh dunia memiliki Achilles Heel, yang sebenarnya dapat dibunuh," kata dia, seperti dikutip dari Sin Chew Daily, Sabtu, 25 Januari 2020.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Lanjuan bersama timnya terungkap bahwa Virus Corona Wuhan tidak bisa bertahan hidup pada suhu di atas 57 derajat celcius dan akan mati di lingkungan seperti itu dalam kurun waktu 30 menit.

Kasus COVID-19 di DKI Jakarta Naik Sejak November 2023

Bukan hanya itu saja, Li menyebut campuran eter, etanol, desinfektan, dan asam peroksiasetat yang mengandung klorin, juga terbukti sangat efektif dalam memberantas virus ini.

Jumlah orang yang terinfeksi virus baru ini meningkat tiga kali lipat selama akhir pekan, sehingga mengakibatkan 4 dari 200 orang meninggal dunia di China.

Pakar Imbau, Waspadai Pandemi Disease X, Mematikan Dibanding COVID-19

Meski begitu, angka kematian akibat Virus Corona diklaim lebih rendah dibandingkan dengan flu burung H7N9, yaitu hanya sekitar 40-50 persen.

Penyebaran Coronavirus ini ternyata terdapat potensi bisnis, yaitu terkait peningkatan permintaan sarung tangan secara global.

Analisa yang diungkapkan CGS-CIMB memperkirakan permintaan sarung tangan global saat itu meningkat dari 12 persen menjadi 16 persen, di mana konsumsi sarung tangan secara global bertumbuh konsisten dengan laju pertumbuhan majemuk tahunan (CAGR) 8-10 persen per tahun.

Direktur Utama PT Mark Dynamics Indonesia Tbk, Ridwan Goh, menyampaikan China tidak memiliki penggunaan sarung tangan yang tinggi per kapita dibandingkan dengan negara-negara maju dikarenakan rendahnya tingkat kesadaran kesehatan.

Menurutnya, jika wabah ini berkepanjangan maka permintaan sarung tangan secara global akan meningkat secara tajam.

Dengan begitu, kenaikan permintaan sarung tangan global akan menguntungkan emiten industri sarung tangan kesehatan ini sebagai pemasok 35 persen pasar cetakan sarung tangan karet global, yang mana pasar utamanya dari Malaysia.

Tetangga Indonesia itu merupakan pemasok sarung tangan terbesar di dunia dengan pangsa pasar 63 persen pada 2019.

"Hal ini akan memberikan kontribusi di mana 90 persen pendapatan kami berasal dari ekspor Malaysia sebesar 65 persen dan Thailand 15 persen. Sisanya ke China dan Vietnam," tutur Ridwan.

Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan bakal menggelar rapat darurat dalam minggu ini untuk membahas Virus Corona yang telah memicu kecemasan global karena dikaitkan dengan Virus SARS yang sebelumnya telah menewaskan hampir 800 orang di 37 negara pada 2002 dan 2003.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanome Ghebreyesus, mengapresiasi upaya China untuk mencegah penularan dan terbatasnya jumlah kasus yang tercatat di luar negeri menjadi alasan mereka belum menyatakan wabah itu adalah darurat kesehatan masyarakat, yang menjadi perhatian internasional.

"Jadi belum diterapkan status darurat kesehatan global. Ini masih bisa berubah. Kita lihat nanti apa yang akan terjadi," tutur Tedros

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya