Masa Inkubasi Virus Corona Bisa Sampai 24 Hari

Ilustrasi penelitian virus
Sumber :
  • www.pixabay.com/Prylaler

VIVA – Sebuah penelitian baru tentang virus corona Wuhan atau kini dikenal COVID-19 menyebut bahwa masa inkubasi virus ini bisa menjadi 24 hari. Masa inkubasi ini menjadi lebih lama 10 hari dibandingkan sebelumnya yakni 14 hari.

COVID-19 di Jakarta Naik Lagi, Total Ada 365 Kasus

Menurut Straits Times, penelitian ini diterbitkan di medRvix. Meski demikian, dalam websitenya telah diperingatkan bahwa temuan ini belum dievaluasi oleh ilmuwan lain dan tidak boleh digunakan untuk memandu praktik klinis.  

Penelitian ini dilakukan oleh tim peneliti Tiongkok dan ahli paru-paru terkenal Zhong Nanshan. Masa inkubasi didefinisikan sebagai waktu antara virus memasuki tubuh dan titik terakhir di mana virus dapat menyebabkan gejala.

Kasus COVID-19 di DKI Jakarta Naik Sejak November 2023

Dilansir dari laman World of Buzz, dalam studi tersebut, dinyatakan bahwa setelah menganalisis catatan medis dari 1.099 kasus virus corona baru, periode rata-rata inkubasi adalah tiga hari, bukan lima hari seperti yang sebelumnya dilaporkan. Studi tersebut mengatakan bahwa masa inkubasi dapat berkisar dari nol hingga 24 hari yang berarti bahwa metode identifikasi awal yang digunakan mungkin memiliki cacat, yang mengakibatkan banyak orang yang terinfeksi tidak ditemukan.

Studi ini juga menemukan bahwa gejala demam terjadi hanya pada 43,8 persen pasien tetapi kemudian berkembang pada 87,9 persen setelah dirawat di rumah sakit yang lebih sering daripada virus corona lain seperti SARS dan MERS. Oleh karena itu, deteksi demam mungkin bukan metode yang sangat andal untuk pasien yang terinfeksi.

Ini Alasan Mengapa Kasus Virus COVID-19 Melonjak Tinggi di Singapura Hingga 22 Ribu Kasus

Sementara itu, kasus corona sejauh ini menunjukkan bahwa hanya 1,18 persen yang memiliki kontak langsung dengan satwa liar dan 31,3 persen lainnya telah melakukan perjalanan ke Wuhan sementara 71,8 persen lainnya melakukan kontak dekat dengan seseorang dari kota tersebut. Pneumonia adalah gejala yang paling umum diderita oleh pasien dengan 79,1 persen sementara diare dan muntah juga dialami oleh 3,7 persen dan 5 persen dari total pasien.

Ada kekhawatiran bahwa tes asam nukleat (NAT) tidak cukup dan menghasilkan negatif palsu dan saran telah dibuat untuk memasukkan CT scan untuk kasus yang diduga. CT scan dapat menunjukkan tanda-tanda infeksi virus di dada dan penambahan tes dengan NAT, memungkinkan hasil tes lebih akurat.

Berdasarkan laporan dari Daily Mail, Dr Michael Ryan, Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO mengatakan bahwa mereka tidak berencana untuk mengubah waktu karantina yang direkomendasikan yakni selama dua minggu karena pasien dengan masa inkubasi yang panjang tidak banyak.

Prof Paul Hunter, Profesor bidang Kedokteran, Universitas East Anglia (UEA) mengatakan, saran bahwa masa inkubasi dapat diperpanjang hingga 24 hari jelas mengkhawatirkan, terutama bagi orang-orang yang saat ini berada di karantina yang mungkin akan menghabiskan lebih banyak waktu dalam isolasi.

Namun, masa inkubasi rata-rata tetap sangat singkat yaitu tiga hari. Hal ini berarti bahwa setengah dari orang yang akan sakit akan mengembangkan penyakit mereka dalam tiga hari setelah kontak awal dan proporsi orang dengan masa inkubasi yang sangat lama akan sangat kecil, lanjut dia.

Saat ini, angka kematian virus mencapai 1.018, jauh melampaui epidemi SARS 2002-2003 yang memiliki 774 kematian.  Sekarang ada 42.638 kasus yang dikonfirmasi dengan mayoritas kasus di China.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya