Kontroversi Transgender Lucinta Luna, Benarkah karena Gangguan Jiwa?

Lucinta Luna
Sumber :
  • Instagram/lucintaluna

VIVA – Sejak Lucinta Luna ditangkap polisi karena kasus narkoba, banyak yang mempertanyakan di sel mana ia akan ditahan. Lucinta Luna selama ini dikenal sebagai seorang transgender dengan nama asli Muhammad Fatah dan berperilaku penuh sensasi dan kontroversi.

Detik-Detik Wanita ODGJ Ngamuk Rusak Minimarket di Bekasi, Pemotor Dipukuli

Selain itu, pihak kepolisian menyebut jika mantan personel Duo Bunga itu diamankan bersama dengan kekasih wanitanya yaitu Abash yang selama ini ramai dibicarakan sebagai seorang pria. Salah satu selebgram yang sedang bertengkar dengan Lucinta Luna, Gebby Vesta pun mengungkapkan nama asli Abash yaitu Dian. Bahkan Gebby membongkar jika hingga saat ini kekasih Lucinta Luna itu belum juga mengubah kelaminnya menjadi wanita.

Terkait kasus ini, kontroversi terhadap orang yang melakukan perubahan jenis kelamin atau biasa disebut dengan transgender, banyak yang mempertanyakan apakah terdapat keterkaitan antara gangguan jiwa dengan keinginan melakukan perubahan jenis kelamin pada seorang transgender.

Terpopuler: Ramalan Zodiak sampai Penjelasan Buya Yahya Soal Panggilan Pak Haji

Menurut Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa RS Awal Bros Bekasi Barat, dr. Alvina, Sp.KJ, transgender bukan sebuah penyakit sehingga tidak ada upaya di bidang medis untuk menyembuhkannya. Terdapat beberapa hal yang membuat seseorang mengubah jenis kelaminnya, misalnya orang tersebut merasa dirinya dilahirkan dengan jenis kelamin yang salah seperti yang dialami oleh transgender.

"Orang-orang yang memutuskan untuk mengubah jenis kelamin biasanya merasa dirinya tidak nyaman dengan jenis kelaminnya saat lahir,” ujar dr. Alvina, Sp.KJ., dikutip dari siaran pers, Jumat 14 Februari 2020.

Viral Video Pria Bakar Diri di Pinrang Sulawesi Selatan, Begini Faktanya

Dia melanjutkan, seorang transgender biasanya memang sejak dini merasa bahwa dirinya terperangkap dalam tubuh yang salah. Biasanya, transgender akan berusaha mengubah dirinya menjadi sesuai dengan jenis kelamin yang ia rasakan sebagai jenis kelaminnya.

“Transgender sendiri termasuk identitas gender sehingga bukan sesuatu gangguan jiwa yang membutuhkan terapi. Terapi psikiatri diperlukan bila seseorang mengalami gangguan jiwa termasuk bila seorang transgender mengalami gangguan jiwa,” tambahnya.

Para transgender sendiri pada umumnya tidak mempengaruhi orang lain untuk ikut mengubah jenis kelaminnya. Biasanya, para transgender akan merasa menjadi dirinya yang seutuhnya dan sebenarnya ketika mengubah jenis kelaminnya. Namun, dampak menjadi transgender tentu berbeda-beda.

"Sekali lagi, transgender itu sendiri bukan merupakan penyakit yang harus dilakukan terapi. Namun, mungkin dalam prosesnya, para transgender akan menjadi terbuka tentang transgendernya dan mengalami penolakan atau ejekan atau hinaan yang bisa berdampak pada mentalnya sendiri. Pastinya, transgender akan merasa tidak nyaman saat masyarakat menghakimi atau mengejeknya," terangnya.

Jika terdapat transgender di lingkungan sekitarnya, dr. Alvina, Sp.KJ menghimbau agar masyarakat sebaiknya bersikap baik dan memperlakukan transgender tersebut sebagai seorang manusia yang memiliki hak asasi sama seperti orang lainnya. Masyarakat juga bisa membantu mengarahkan transgender untuk datang kepada tenaga profesional bila ia mengalami kebingungan tentang kondisi dirinya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya