Tenaga Medis di China Klaim Temukan Obat Penangkal COVID-19

Ilustrasi penelitian virus
Sumber :
  • www.pixabay.com/Prylaler

VIVA – Para peneliti di China masih terus berupaya menemukan obat yang tepat untuk menyembuhkan pasien yang terinfeksi virus corona jenis baru bernama COVID-19. Sejumlah obat anti virus kini sudah digunakan dalam uji klinis terhadap penyakit akibat virus corona.

Kapten Vincent Kena Flu Singapura Sampai Bernanah: Lebih Sengsara dari COVID!

Namun baru-baru ini, setelah serangkaian uji klinis terkait dengan obat yang dapat menyembuhkan penyakit corona, salah satu pejabat China mengatakan bahwa para ahli akhirnya mengonfirmasi bahwa obat antimalaria yang dikenal sebagai Chloroquine Phosphate memiliki efek kuratif tertentu pada virus corona.

Mengutip laporan dari Star yang ditulis World of Buzz, para tenaga medis profesional ini telah setuju bahwa obat tersebut dimasukkan dalam versi berikutnya dari tes yang dipandu untuk perawatan. Sehingga dapat diterapkan dalam berbagai uji klinis yang lebih luas sesegera mungkin, kata Wakil Kepala Pusat Nasional China untuk Pengembangan Bioteknologi, Sun Yanrong.

KPK Cecar Fadel Muhammad soal Dugaan Kasus Korupsi APD di Kemenkes RI

Chloroquine Phosphate diketahui bukanlah sesuatu yang baru. Faktanya, obat ini telah digunakan selama lebih dari 70 tahun. Sun Yanrong, menambahkan Chloroquine Phosphate dipilih dari puluhan ribu obat yang ada karena terbukti fungsional selama beberapa putaran skrining.

Dia melanjutkan obat tersebut telah diuji klinis oleh lebih dari 10 rumah sakit di Beijing, Hunan dan Guangdong,  dan menunjukkan tingkat keberhasilan yang cukup baik.  Pasien yang menggunakan obat ini menunjukkan indikator penyembuhan yang lebih baik daripada kelompok yang diuji dengan pereda demam dan peningkatan hasil CT scan paru-paru mereka.  Hasilnya sangat efektif sehingga kelompok pasien ini bahkan dites negatif dalam tes asam nukleat virus.

Cerita Anne Avantie Bangkrut, Temukan Kebahagiaan di Tempat Tak Terduga

Diyakini, obat itu tidak hanya membuat pasien menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang baik. Tenaga medis menjelaskan bahwa kemungkinan penyembuhan membutuhkan waktu yang lebih singkat.

Untuk membuktikan khasiatnya, Sun memberi contoh seorang pria berusia 54 tahun dari Beijing yang dirawat di rumah sakit empat hari setelah menunjukkan gejala. Setelah diberi obat ini selama seminggu diketahui bahwa semua indikator kesehatannya membaik, hasil dari tes asam nukleat pun negatif.

Sejauh ini, tidak ada reaksi negatif yang ditunjukkan dari efek dari penggunaan obat ini. Setidaknya telah ditemukan lebih dari 100 pasien yang diuji dengan obat itu dalam uji klinis ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya