Kemenkes Klaim Virus WN Jepang Bukan COVID-19, Tapi WHO Berkata Lain

Pencegahan virus corona di bandara.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Kementerian Luar Negeri RI/mrh/aww

VIVA – Kabar virus Corona baru atau COVID-19 kembali membuat gempar Indonesia. Seorang Warga Negara Jepang disebut positif terinfeksi penyakit COVID-19 setelah kembali dari liburan dari Indonesia. 

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

VIVA mencoba menghubungi Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto untuk memastikan kabar berikut. Menurut Yuri, WN Jepang itu diketahui sudah mengalami keluhan sakit pada tanggal 12 Februari 2020. 

Dari hasil pemeriksaan di Jepang, lanjut Yuri, tidak ditemukan tanda-tanda terkena pneumionia sehingga tidak perlu dilakukan perawatan intensif. Pada tanggal 13 WN Jepang itu pun kembali bekerja. Sedangkan, tanggal 14 ia berada di rumah lantaran libur.  

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

"Tanggal 15 berangkat ke Bali, di bali tidak ada masalah apa-apa, dia tidak panas karena minum obat," ungkap Yuri saat dihubungi VIVA, Senin, 24 Februari 2020. 

Kemudian, tanggal 19 ia kembali ke Jepang sampai di Jepang terasa tidak enak lagi. Di tanggal 22 ia kembali mengunjungi ke dokter. Saat itu dokter memintanya untuk dirawat. 

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Ternyata terinfeksi SARS corona virus type 2, itu beda dengan covid menurut ahli virus beda dan bukan menjadi ancaman pandemi bukan di virus. Virus ini berbeda 70 persen dengan COVID-19," kata Yuri. 

Namun, WHO justru menyatakan fakta yang berbeda. Dalam lama resminya mereka memang menyebut bahwa nama dari penyakit ini memang Coronavirus Disease atau COVID-19. 

Sedangkan virus penyebab penyakit tersebut ialah severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 
(SARS-CoV-2). Atau virus yang sama yang sebelumnya disebut Yuri menjadi penyebab penyakit WN Jepang. 

Virus, dan penyakit yang disebabkannya, seringkali memiliki nama yang berbeda. Misalnya, HIV adalah virus yang menyebabkan AIDS. Orang sering tahu nama suatu penyakit, seperti campak, tetapi bukan nama virus yang menyebabkannya (rubeola).

Virus diberi nama berdasarkan struktur genetiknya untuk memfasilitasi pengembangan tes diagnostik, vaksin, dan obat-obatan. Ahli virologi dan komunitas ilmiah yang lebih luas melakukan pekerjaan ini, sehingga virus dinamai oleh Komite Internasional tentang Taksonomi Virus (ICTV).

Penyakit diberi nama untuk memungkinkan diskusi tentang pencegahan, penyebaran, penularan penyakit, keparahan dan pengobatan penyakit. Kesiapan dan respons penyakit manusia adalah peran WHO, sehingga penyakit secara resmi disebutkan oleh WHO dalam Klasifikasi Penyakit Internasional (ICD).

ICTV mengumumkan "Coronavirus syndrome pernafasan akut yang parah (SARS-CoV-2)" sebagai nama virus baru pada 11 Februari 2020. Nama ini dipilih karena virus itu secara genetik terkait dengan virus corona yang bertanggung jawab atas wabah SARS tahun 2003. Sementara terkait, kedua virus itu berbeda.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya