Obat Herbal Nyatanya Tidak Bisa Sembuhkan Kanker Payudara

Ilustrasi Ramuan Obat Herbal
Sumber :
  • Pixabay/ condesign

VIVA – Kanker payudara hingga saat ini masih menjadi momok menakutkan bagi perempuan di seluruh dunia. Bahkan di Indonesia, kanker payudara paling banyak merenggut nyawa wanita.

Penyanyi Bro Hizrah yang Sempat Viral Kini Sukses Jadi Milyarder di Bisnis Herbal

Dokter Ahli Onkologi dam Konsultan Kanker, Dr. Abdul Rachman mengatakan, salah satu penyebabnya yakni kurangnya kesadaran wanita untuk segera memeriksakan diri ke dokter saat sudah merasakan tanda-tanda aneh pada salah satu bagian penting wanita tersebut.

"Budaya masyarakat kita masih merasa malu untuk memeriksakan diri ke dokter saat sudah merasa ada yang tidak nyaman dengan area payudara, karena daerah payudara dianggap daerah privat yang tabu untuk diperiksa," katanya saat memperingati Hari Kanker Sedunia di Karawaci, Senin, 2 Maret 2020.

Benarkah Obat Herbal Bisa Sembuhkan Kanker? Begini Penjelasan Dokter

Tak hanya itu, adanya hoax yang beredar di masyarakat mengenai berbagai ramuan herbal yang bisa menyembuhkan kanker membuat masyarakat biasanya pergi ke dokter saat kanker sudah berusia stadium lanjut.

"Saya tegaskan, sampai saat ini tidak ada penelitian valid yang menyebut obat-obatan herbal bisa menyembuhkan kanker, itu bohong, hoax yang malah membuat pasien kanker pergi ke dokter ketika kanker sudah parah dan sulit diobati," ujarnya.

Catat Ramuan Herbal Atasi Perut Kembung dan Panas Dalam

Ia mengatakan, herbal seperti sayuran pare atau kulit manggis memang mengandung aktioksidan tinggi, namun hal itu hanya untuk mencegah tumbuhnya kanker payudara, bukan menyembuhkan.

"Pare dan manggis itu punya kadar aktioksidan yang tinggi, itu memang bisa menangkal radikal bebas yang merupakan salah satu faktor penyebab kanker, tapi jika sudah terkena kanker maka jalan satu-satunya adalah operasi untuk saat ini," ungkap Abdul.

Talkshow Nutrisi Tepat Pasien Kanker

Dr. Abdul Rachim mengungkapkan, saat ini persentase kanker payudara di Indonesia di stadium awal sebesar 20-25 persen sementara untuk stadium tiga melonjak hingga 60 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia baru memeriksakan ke dokter setelah sudah parah dan sulit diobati.

"Biasanya begitu didiagnosa kanker payudara langsung enggak ke dokter lagi dengan alasan mau pakai herbal enggak mau di operasi, ketika sudah parah dan ternyata herbalnya tidak bekerja baru kembali ke dokter. Ini yang membuat kita sulit menyembuhkan karena kalau pasien tidak sembuh itu beban tersendiri untuk dokter."

Makanya, masyarakat khususnya wanita diminta untuk sadar sedari dini dengan memperhatikan kesehatan payudara terutama untuk mengetahui sedini mungkin jika ada potensi kanker pada payudara.

"Untuk itu lakukan SADARI (Periksa Payudara Sendiri) pada 10 hari setelah menstruasi, apakah terdapat benjolan yang aneh dan tidak biasa, apakah bentuk payudara tidak seperti normal pada umumnya atau ukurannya tidak simetris, jika menemukan tanda-tanda segera periksakan ke dokter dan ikuti saran dokter," ungkapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya