Turunkan Demam COVID-19, Menkes Prancis Imbau Gunakan Paracetamol

Ilustrasi paracetamol.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Wabah virus corona COVID-19 semakin bertambah di sejumlah negara termasuk Indonesia. Gara-gara penyebaran dan penularannya yang begitu cepat, seluruh pemerintahan di dunia mengumumkan segala informasi preventif untuk melindungi warga negaranya.

Dilarikan ke RS karena DBD, Syahnaz Sadiqah Ungkap Suhu Tubuhnya Naik Tiba-tiba

Seperti yang dilakukan pemerintah Prancis. Menteri Kesehatan Prancis, Oliver Veran bahkan menyebarkan informasi penting tentang penggunaan obat antiinflamasi.

Lewat akun Twitternya Oliver mengungkapkan bahwa penggunaan obat antiinflamasi diketahui berisiko bagi mereka yang memiliki penyakit menular seperti COVID-19, karena cenderung mengurangi respons kekebalan tubuh.

Kapten Vincent Kena Flu Singapura Sampai Bernanah: Lebih Sengsara dari COVID!

Pemerintah Prancis juga memperingatkan bahwa obat antiinflamasi yang dijual bebas yang banyak digunakan dapat memperburuk para penderita coronavirus, COVID-19.

Olivier Veran, yang juga seorang dokter dan ahli saraf yang berkualifikasi, menuliskan kicauannya Sabtu, 14 Maret 2020.

KPK Cecar Fadel Muhammad soal Dugaan Kasus Korupsi APD di Kemenkes RI

"Mengambil anti-inflamasi (ibuprofen, cortisone) bisa menjadi faktor dalam memperburuk infeksi. Dalam kasus demam, minum paracetamol. Jika kamu sudah terlanjur mengonsumsi obat antiinflamasi, mintalah saran dokter."

Kementerian kesehatan Prancis itu menambahkan bahwa pasien COVID-19 harus memilih paracetamol karena itu akan lebih efektif mengurangi demam tanpa menyerang balik peradangan.

Seperti dikutip dari laman The Guardian, pasien COVID-19 di Prancis pun diharuskan untuk berkonsultasi dengan petugas apotek sejak pertengahan Januari jika mereka ingin membeli obat penghilang rasa sakit, termasuk ibuprofen, parasetamol dan aspirin, untuk diingatkan akan risiko penggunaanya.

Kepala Farmakologi di Rumah Sakit Toulouse, Jean-Louis Montastruc, mengatakan kepada dalam sebuah siaran radio, "Obat anti-inflamasi meningkatkan risiko komplikasi ketika ada demam atau infeksi."

Kementerian Kesehatan Prancis mengumumkan pada Jumat malam, 13 Maret 2020 bahwa jumlah kasus virus corona di negara itu telah meningkat 800 kasus dalam 24 jam. Menteri Kesehatan Oliver Veran mengatakan ada 3.661 kasus yang dikonfirmasi yang menyebabkan 79 kematian. Dari orang sakit, 154 orang berada dalam perawatan intensif.

Oliver Veran mengatakan dalam pengarahan hariannya bahwa evolusi dan penyebaran virus itu cepat dan nyata, tetapi 98 persen dari mereka yang dites positif telah pulih.

Menara Eiffel, Cheteau de Versailles, Louvre, Musee d'Orsay dan Centre Pompidou adalah beberapa tempat wisata yang banyak dikunjungi warga Prancis telah ditutup. Uskup Agung Paris, Michel Aupetit, mengatakan bahwa gereja-gereja di wilayah Paris juga ditutup untuk mencegah perkumpulan massa yang berisiko menimbulkan penularan COVID-19.

Tak cuma itu, sekolah-sekolah juga ditutup di seluruh negeri di Paris setelah pelajaran pada hari Sabtu lalu, yang berarti 12,4 juta siswa akan tetap di rumah. Menteri Pendidikan, Jean-Michel Blanquer, mengatakan mereka diharapkan tetap mengikuti silabus kurikulum nasional melalui internet.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya