WHO: Hindari Konsumsi Ibuprofen untuk Obati Gejala COVID-19

Ilustrasi obat/suplemen.
Sumber :
  • pixabay/pexels

VIVA – Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO merekomendasikan seluruh masyarakat yang menderita gejala COVID-19 untuk menghindari penggunaan ibuprofen. Hal ini dilakukan setelah pejabat Prancis memperingatkan bahwa obat anti-inflamasi dapat memperburuk efek virus.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Peringatan oleh Menteri Kesehatan Prancis Veran mengikuti sebuah studi baru-baru ini dalam jurnal medis The Lancet. Salah satu hipotesis dalam jurnal tersebut menyebut bahwa bahwa suatu enzim yang dikuatkan oleh obat antiinflamasi seperti ibuprofen dapat memfasilitasi dan memperburuk infeksi COVID-19.

Saat dimintai keterangan terkait hal tersebut, juru bicara WHO Christian Lindmeier mengatakan kepada wartawan di Jenewa bahwa para pakar badan kesehatan PBB sedang mencari tahu untuk memberikan panduan lebih lanjut."

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

"Sementara itu, kami merekomendasikan penggunaan parasetamol, dan jangan menggunakan ibuprofen sebagai pengobatan sendiri. Itu penting," kata dia seperti dilansir dari Science Alert.

Baca Juga: Turunkan Demam COVID-19, Menkes Prancis Imbau Gunakan Paracetamol

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Dia menambahkan bahwa jika ibuprofen telah diresepkan oleh para profesional kesehatan,maka itu kembali pada wewenang mereka. Komentar tersebut muncul setelah Veran mengirim tweet yang memperingatkan bahwa penggunaan ibuprofen dan obat antiinflamasi serupa bisa menjadi faktor yang memperburuk infeksi COVID-19.

"Dalam kasus demam, minum parasetamol," tulisnya.

Menteri Prancis menekankan bahwa pasien yang sudah dirawat dengan obat antiinflamasi harus meminta nasihat dari dokter mereka. Parasetamol harus diminum dengan ketat sesuai dosis yang disarankan, karena terlalu banyak dapat merusak hati.

Seperti diketahui pandemi COVID-19,telah menginfeksi sekitar 190.000 orang di seluruh dunia dan membunuh lebih dari 7.800. Penyakit ini menimbulkan gejala ringan pada kebanyakan orang, tetapi dapat menyebabkan pneumonia dan dalam beberapa kasus penyakit parah yang dapat menyebabkan kegagalan multi organ.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya