Curhat Perawat Tangani Pasien COVID-19, Alami ISK Hingga Kulit Iritasi

Ilustrasi virus corona/COVID-19.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Alat Pelindung Diri  atau APD yang dipakai tenaga medis dalam melindungi pasien COVID-19 selama dirawat di rumah sakit,cukup berbeda dengan penanganan pasien pada umumnya. APD yang dikenakan harus menutupi hingga seluruh tubuh untuk mencegah risiko penyebaran virus yang begitu tinggi.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Hal ini pula yang diceritakan salah seorang perawat yang tak ingin menyebutkan di rumah sakit mana dia bekerja. Semenjak wabah virus corona terjadi di Indonesia, Pria 27 tahun ini ikut jadi bagian dari tim medis yang merawat pasien COVID-19. Kepada VIVA, dia menceritakan suka duka menjadi perawat khusus penanganan COVID-19. Dia pun mulai menjelaskan tahapan mengenakan APD secara lengkap sebelum mendekati pasien  COVID-19.

"Keadaan APD di rumah sakit (tempat saya bekerja) cukup lengkap. Cuma kesulitannya kalau harus lepas-pakai sarung tangan steril. Pakainya sih simpel cuma lumayan banyak antara kita pakai baju daleman, scrub buat seragam jaga, apalagi di emergensi, kita pakai dari kepala sampai kaki," ujar perawat yang enggan disebutkan namanya, Selasa 24 Maret 2020.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Selain itu, untuk area wajah, harus ditutupi dengan masker N95, kacamata, dan helm untuk kepala. Ia mengaku, pakaian tersebut membuatnya merasa kurang nyaman.

"(Rasanya) padat, ketat, berat. Otomatis dalam 1 shift (8 jam) lumayan enggak nyaman pakainya," paparnya.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Ditambah, lanjutnya, mobilisasi dibatasi antara ruang isolasi dan ruang biasa. Sementara, dengan pakaian tersebut, membuat perawat yang berjaga kesulitan untuk bergerak. Bahkan, menurutnya, tak sedikit yang mengeluhkan beberapa kondisi.

Rapatnya busana pelindung diri atau APD membuat tim medis terkadang kesulitan untuk buang air kecil. Bahkan karena tak ingin repot, tak jarang dari mereka yang menahan untuk berkemih. Tak cuma itu, sibuk dan repotnya merawat pasien COVID-19, membuat mereka seringkali juga melewatkan jam makan hingga menyebabkan sebagian dari mereka mengalami sakit lambung.

"Rata-rata keluhan ada ISK (infeksi saluran kemih) karena menahan pipis lama. Ada yang gastritis (infeksi lambung) karena kan enggak bisa makan juga. Kulit iritasi karena hand sanitizer, jadi menderitanya paling dermatitis, kulit menebal," ungkapnya.

Data 24 Maret 2020 menungkap bahwa di Indonesia kasus virus corona mencapai 686 kasus, 30 pasien dinyatakan sembuh dan 55 meninggal dunia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya