Corona Dianggap Masyarakat Sebagai Aib, Dokter Tirta: Jangan Barbar

Pembatasan Sosial untuk Cegah Penyebaran Virus Corona.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

VIVA – Sudah banyak kasus masyarakat mengucilkan orang-orang yang dianggap 'bersentuhan' dengan virus corona atau COVID-19. Beberapa waktu yang lalu, tenaga medis di sekitar rumah sakit Persahabatan, Jakarta Timur, diusir dari kos-kosan tempat mereka menginap, karena dianggap sebagai pembawa virus. 

Top Trending: Kisah Mualaf Dokter Tirta hingga Willy Amrul Adik Kandung Buya Hamka Jadi Pendeta

Itu hanya satu dari banyaknya kasus penolakan masyarakat yang menganggap orang-orang yang dekat dengan virus itu sebagai aib. Karena semakin banyaknya kasus, dokter relawan sekaligus influencer, Tirta Mandira Hudhi atau akrab disapa Dokter Tirta turut merespons melalui akun Instagram. 

"Setelah saya pikir, ada yg harus kita edukasi ; society. Yaitu soal menganggap penyakit sebagai “aib”. Itu tidak dapat dibenarkan, teman @cipengclan_ pasti tau ini :)," tulis @dr.tirta, dikutip pada Kamis, 2 April 2020. 

Kisah Mualaf Dokter Tirta, Berawal dari Sang Ayah yang Dihina dan Diremehkan

Menurutnya, banyak fakta seputar COVID-19 di Indonesia yang membuat dokter nyentrik itu tidak percaya. Ia pun memberikan beberapa contoh kasus penolakan secara terang-terangan yang dilakukan oleh masyarakat. 

"Satu. Ambulance Jenazah ditolak, dengan cara dimaki2. Dua. Curhatan pasien pdp, odp, dan tenaga medis yang “dikucilkan” dan ada yg diusir halus," lanjut dia. 

Benarkah Makan Telur Dadar Bisa Sebabkan Kanker? Begini Penjelasan dr. Tirta

Dokter sekaligus pebisnis itu pun turut merasakan tekanan yang sama, yaitu dikucilkan oleh masyarakat. Kala dirinya memutuskan untuk menjadi relawan dan melakukan berbagai sosialisasi guna memerangi pandemi global ini. Untuk itu, Tirta turut memberikan edukasi. 

"Kawan2 , jenazah covid 19’ itu sudah diurus oleh tenaga medis, dengan prosedur yang sudah diatur undang undang. Makanya pake hazmat dan apd lengkap. Keluargapun hanya melihat prosesi pemakanan dari jauh. Kenapa harus kalian tolak jenazahnya? Mereka sudah tiada kawan, at least berikan kesempatan mereka pergi dengan tenang," kata dia. 

"Jangan sampe lupa: kita Indonesia. Tenggang rasa. Tepo sliro. Kalo kalian keberatan, bisa tanya ketua RT, RW dan lurah. Bukan dengan cara barbar menolak dengan kekerasan. Kalo kamu yang sakit covid, kamu mau digituin?" tutur dokter Tirta membalikkan. 

Tirta menyadarkan, baik pasien COVID-19, pasien yang berstatus suspect, ODP, PDP, maupun tenaga medis itu manusia bukan iblis. Mereka butuh semangat bukan cacian. 

"Sejatinya, yang butuh obat itu bukan hanya virus, tapi juga society kita," tuturnya menegaskan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya