Diklaim Mampu Obati COVID-19, di Mana Jamur Cordyceps Bisa Didapat?

Ilustrasi virus corona.
Sumber :
  • pixabay

VIVA – Jamur cordyceps militaris atau biasa disebut jamur cordyceps, diklaim mampu mencegah bahkan mengobati virus corona atau COVID-19. Jamur yang berasal dari Tibet ini, memiliki beberapa senyawa aktif yang berfungsi sebagai antivirus. 

Menurut Guru Besar Fakultas MIPA dan Pakar Biomolekuler Universitas Brawijaya, Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D.Med.Sc., jamur cordyceps sudah lama digunakan oleh masyarakat Tibet, Tiongkok hingga Korea, sebagai pengobatan tradisional.

Melalui webinar bersama PT Kalbe Farma Tbk yang membahas mengenai kekuatan alami untuk memperkuat imunitas tubuh, Widodo menjelaskan keunggulan-keunggulan yang dimiliki jamur cordyceps sehingga mampu mencegah dan mengobati virus corona. 

"Keunggulannya memiliki beberapa senyawa aktif, yang mana bekerja secara sistemik. Ada yang berfungsi sebagai antivirals, yang berpotensi diduga, berdasarkan studi informatik dan metadata yang kita lakukan, senyawa yang terutama tersusun dari polysaccharide biasanya menstimulasi imunomodulator atau peningkat daya tahan tubuh," ujarnya di Youtube Klik Dokter, Rabu 13 Mei 2020.

Senyawa aktif lainnya yang dimiliki jamur cordyceps adalah kordisepin. Menurut Widodo, kordisepin ini memiliki struktur yang unik, di mana ada similitas dengan senyawa-senyawa antivirus yang sekarang ada di pasaran atau yang disebut nukleosit analog, yang berpotensi menghambat replikasi virus secara langsung. 

"Senyawa ini juga memiliki fungsi sebagai antioksidan dan anti inflamasi. Dia bisa bekerja secara sistemik karena dia multifunction. Jadi, targetnya ada di banyak tempat, yang mana saya kira akan memberikan benefit tersendiri," kata dia.

Lebih jauh Widodo menjelaskan, jamur cordyceps ini sebenarnya sudah bisa didapatkan di Indonesia. Namun awalnya, jamur ini berasal dari Pegunungan Himalaya di Tibet, kemudian berkembang sampai Tiongkok hingga ke Korea.

"Awalnya ini adalah jamur yang sifatnya indofit, yaitu jamur yang memanfaatkan serangga untuk tumbuh, jadi tergantung pada serangga. Cuma sekarang dengan teknologi mutakhir, orang sudah bisa mengembangkan dengan teknologi kultur jaringan, sehingga bisa diperoleh di banyak tempat," tuturnya. 

Keuskupan Agung Jakarta Sebut Paus Fransiskus Akan Kunjungi Indonesia September 2024
Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Rahmat Bagja

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Ketua Bawaslu RI mengatakan bahwa Pilkada Serentak 2024 berbeda dan jauh lebih kompleks dibandingkan dengan penyelenggaraan pilkada serentak sebelumnya.

img_title
VIVA.co.id
22 April 2024