Vaksin Corona Rekomendasi WHO Gagal Diuji Coba pada Hewan

Ilustrasi vaksin COVID-19.
Sumber :
  • Red Herring

VIVA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), telah merekomendasikan 7 - 8 kandidat vaksin teratas, dan berbagai upaya sedang dilakukan untuk mempercepat pengembangan vaksin ini. 

5 Syarat Kucing Peliharaanmu Sudah Bisa Divaksin Biar Tetap Sehat

Salah satu kandidat vaksin di antaranya yang dikembangkan oleh Universitas Oxford dan disebut-sebut sebagai salah satu vaksin yang potensial. Untuk kandidat vaksin mereka, yaitu ChAdOx1 nCoV-19, para peneliti menggunakan jenis virus flu biasa (adenovirus) namun melemah, sehingga menyebabkan infeksi pada simpanse dan menggabungkannya dengan bahan genetik protein spike SARS-CoV-2.

Dilansir Times of India, kandidat vaksin didasarkan pada ide mengajar tubuh untuk mengenali protein lonjakan dari virus corona baru dan mempersiapkan sistem kekebalan tubuh untuk menyerang, jika virus pernah masuk ke dalam tubuh. Selain itu, uji klinis vaksin sudah dimulai dan lebih dari 320 orang sudah diberi suntikan ChAdOx1 nCoV-19.

Sosok Helena Lim, ‘Crazy Rich’ PIK Jadi Tersangka Kasus Korupsi Timah

Vaksin COVID-19 yang diproduksi oleh Universitas Oxford termasuk di antara salah satu dari 8 kandidat teratas yang sedang diuji pada manusia untuk tingkat keamanan dan kemanjurannya. Namun, laporan terbaru menunjukkan bahwa vaksin ini hanya efektif sebagian karena tidak dapat mencegah infeksi pada monyet rhesus. 

Dalam percobaan ini, enam monyet diberi vaksin, sementara tiga hewan lainnya hanya diberi ChAdOx1 GFP. Hasilnya menunjukkan bahwa salah satu pelopor vaksin virus corona, ChAdOx1 nCoV-19, mampu melindungi hewan dari pengembangan virus pneumonia tetapi tidak menghentikan mereka dari penularan infeksi. 

Sering Dialami Anak-Anak dan Mudah Menular, Apa yang Perlu Dilakukan Untuk Cegah Gondongan?

Lebih lanjut, tidak ada perbedaan dalam jumlah RNA virus yang terdeteksi pada monyet yang diberi vaksin, dibandingkan dengan monyet yang tidak diberi vaksin, demikian menurut Dr. William A. Haseltine, mantan profesor Fakultas Kedokteran Harvard.

Uji coba pada monyet rhesus ini telah menggarisbawahi bahwa vaksin mungkin efektif dalam mengurangi keparahan penyakit, namun tidak dapat mencegah infeksi pada hewan. Padahal, Infact, Serum Institute of India yang berbasis di Pune yang merupakan pembuat vaksin terbesar di dunia telah bekerja sama dengan Universitas Oxford untuk memproduksi vaksin ini secara massal jika terbukti efektif.

Rencananya, 60 juta dosis calon vaksin potensial akan diproduksi dalam setahun. Tapi, penting untuk dicatat bahwa pengembangan vaksin biasanya akan memakan waktu bertahun-tahun karena harus melalui beberapa tahap uji klinis. Meskipun prosedurnya dipercepat, tapi tetap memerlukan setidaknya satu atau dua tahun untuk mendapatkan vaksin yang efektif. 

Sampai sekarang, masih ada lebih dari 100 vaksin dalam berbagai tahap uji klinis, termasuk yang sedang dikembangkan oleh Moderna Inc, yang berbasis di AS dan Sinovac Biotech dari China. 

Walaupun kedua vaksin telah menunjukkan hasil yang menjanjikan pada tahap awal, penting untuk tidak terlalu berharap, bersikap realistis, dan terus menerapkan social distancing untuk menjaga diri kita tetap aman.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya