Pakar Klaim Vaksin Virus Corona Aman untuk Manusia

Ilustrasi virus corona/COVID-19/laboratorium.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Vaksin virus corona pertama yang diuji coba pada manusia diklaim sudah aman untuk digunakan. Para peneliti mengatakan bahwa vaksin tersebut memproduksi rapid imun sebagai respons terhadap COVID-19.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Uji coba tersebut mencakup 108 orang dewasa usia 18-60 tahun dan hasilnya keluar setelah 28 hari. Namun, hasil akhir masih harus dievaluasi setelah enam bulan lamanya.

"Hasil itu menunjukkan proses penting. Uji coba dengan dosis single dari jenis baru adenovirus type 5 vectored COVID-19 (Ad5-nCoV) memproduksi antibodi virus khusus and T-cells dalam 14 hari, hal ini membuatnya sebagai kandidat potensial untuk investigasi selanjutnya," ujar pakar Beijing Institute of Biotechnology Beijing, China, Professor Wei Chen dikutip dari laman Daily Star, Minggu, 24 Mei 2020.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Uji coba selanjutnya masih perlu dilakukan sebagai reaksi imun yang efektif melawan SARS-CoV-2. Tetapi, Prof Chen menekankan bahwa ini adalah uji coba yang menjanjikan.

"Tantangannya, perkembangan vaksin COVID-19 masih belum ditemukan dan aman. Tapi hasil ini menjanjikan tujuan dari perkembangan vaksin meski jalan kita masih panjang untuk menemukanya," lanjut dia.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Penemuan vaksin yang efektif untuk membunuh virus itu nampaknya adalah solusi yang masih sangat panjang untuk mengontrol pandemi COVID-19. Saat ini, terdapat lebih dari 100 kandidat vaksin yang dikembangkan di seluruh dunia.

Ada pun vaksin jenis Ad5 ini adalah yang pertama diuji coba ke manusia. Penggunaannya menggunakan virus dingin untuk mengirimkan materi genetik yang membuat virus corona bisa menelusup ke sel manusia.

Sel ini yang memproduksi 'protein spike' yang melewati kelenjar getah bening, di mana sistem imun membentuk antibodi melawan virus corona. Para relawan tersebut berasal dari pasien Wuhan, China dengan dosis rendah, medium, dan tinggi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya