Terbongkarnya Skandal Penelitian dalam Pusaran Pandemi COVID-19

Ilustrasi obat/suplemen.
Sumber :
  • pixabay/pexels

VIVA – Di tengah mewabahnya Virus Corona COVID-19 ada saja pihak yang mencoba memanfaatkan dan bermain 'politik' kotor. Dan yang sangat disayangkan, perbuatan manipulasi ini justru melibatkan empat pengarang kondang dan telah diterbitkan di jurnal kesehatan kenamaan, The Lancet.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Baca juga: Update Corona 5 Juni 2020: Jumlah Kasus Positif Nyaris 30 Ribu

Empat sosok penting yang dimaksud adalah Dr Mandeep R Mehra, Dr Frank Ruschitzka, Dr Amit N Patel dan Dr Sapan Desai. Dalam paper yang mereka susun tersebut dinyatakan bahwa obat malaria jenis chloroquine dan hydroxychloroquine dapat digunakan sebagai obat pencegahan  penyebaran virus Corona.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Sebuah info yang ternyata cukup memakan korban orang penting termasuk Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang sempat gencar mempromosikan penggunaan obat malaria tersebut. Catatan yang justru bertolak belakang dengan sebagian besar penelitian dan studi yang dilakukan pihak lain.

Yang jelas, setelah paper penelitian dari empat Dokter kondang ini keluar tak berapa lama, permintaan obat malaria tersebut di beberapa penjuru dunia meningkat drastis, termasuk di Indonesia. Belum ditambah dengan harganya yang ikut meroket di pasaran.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Hari ini, tiga pengarang paper berjudul 'Hydroxychloroquine or Chloroquine with or without a Macrolide for Teatment of COVID-19: a Multinational Registry Analysis', telah mencabut studinya tersebut dan dianggap telah melakukan manipulasi demi kepentingan kelompok tertentu.

Tak hanya itu, ketiga pengarang yakni Mehra, Ruschitzka dan Patel juga dianggap tak mampu menjaga independensi dari data yang digunakan dalam analisa mereka sehingga hasil dan kesimpulannya tentu juga dianggap tak valid.

Sedangkan pengarang yang keempat, Sapan Desai yang ternyata sebagai pendiri perusahaan Surghispere yang menyuplai data menghilang dari daftar 'tertuduh'. Sebagai catatan, skandal penelitian yang berbau kebohongan ini pertama kali dipublikasikan pada 22 Mei 2020 dan langsung menjadi perhatian dunia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya