Dokter China Ungkap Dampak Fatal COVID-19 Bagi Orang Darah Tinggi

Ilustrasi hipertensi.
Sumber :
  • Pixabay/rawpixel

VIVA – Pasien dengan tekanan darah tinggi atau hipertensi yang dirawat di rumah sakit karena infeksi virus corona atau COVID-19, dua kali lebih mungkin untuk meninggal dibanding mereka yang tidak memiliki kondisi tersebut, demikian menurut para peneliti. 

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Dalam laporan European Heart Journal, peneliti menyebut pasien virus corona yang berhenti minum obat tekanan darah tinggi, risiko kematian meningkat menjadi dua kali lipat. 

"Penting pasien dengan tekanan darah tinggi menyadari bahwa mereka berisiko lebih tinggi meninggal akibat COVID-19," kata Fei Li, seorang ahli jantung di Rumah Sakit Xijing di Xian, China, sekaligus penulis  senior dalam penelitian ini, dikutip Times of India, Jumat 5 Juni 2020. 

Kolesterol Hingga Diabetes Bermunculan Usai Lebaran? Dokter Ungkap Penyebab dan Cara Atasinya

Dalam studi ini, para peneliti di China dan Irlandia secara retroaktif memeriksa kasus-kasus yang dirawat di Rumah Sakit Huoshenshan di Wuhan, antara 5 Februari dan 15 Maret.

Hampir 30 persen atau 850 pasien memiliki riwayat hipertensi. Empat persen dari pasien tersebut meninggal dibanding dengan lebih dari satu persen dari 2.027 pasien tanpa hipertensi. 

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Setelah menyesuaikan usia, jenis kelamin, dan kondisi medis lainnya, para peneliti melihat bahwa memiliki tekanan darah tinggi meningkatkan risiko kematian dua kali lipat.

Dalam meta-analisis terpisah dari tiga penelitian lain yang mencakup 2.300 pasien COVID-19 dari rumah sakit yang sama, para peneliti menyelidiki dampak berbagai obat tekanan darah pada tingkat kematian.

Bertentangan dengan hasil penelitian, mereka menemukan bahwa kelas obat yang dikenal sebagai inhibitor RAAS, yang meliputi angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACE) dan angiotensin receptor blocker (ARB), tidak terkait dengan kematian COVID-19 yang lebih tinggi.

"Kami menyarankan agar pasien tidak menghentikan atau mengubah pengobatan anti-hipertensi seperti biasanya, kecuali diinstruksikan oleh dokter," kata rekan penulis Ling Tao, seorang profesor di Rumah Sakit Xijing.

Para penulis mencatat, penelitian ini bersifat observasional pada uji klinis, yang berarti penelitian lebih lanjut diperlukan sebelum mereka dapat membuat rekomendasi klinis yang tegas.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya