Anak Tak Mudah Kena Corona Karena Imunitasnya Kuat Ternyata Mitos

Ilustrasi orangtua antar anak ke sekolah.
Sumber :
  • Freepik/zalkina

VIVA – Pada saat awal pandemi virus corona atau COVID-19, disebut bahwa anak-anak tidak rentan terkena virus ini. Salah satu alasan terkuatnya adalah karena imunitas anak lebih kuat dibanding dengan orang dewasa. 

Yang Harus Dilakukan Orang Tua Saat Anak Mulai Sakit, Dokter: Jangan Diajak ke Mall!

Spesialis anak, dr. Meirdhania Andina SpA, MKes, membantah hal tersebut. Menurutnya, anggapan bahwa anak tidak mudah terjangkit virus corona karena memiliki sistem imunitas yang lebih kuat, hanyalah mitos. 

"Karena zaman sekarang, anak justru akhir-akhir ini kejadiannya meningkat. Karena ini kan jenis virus yang baru. Kita belum tahu tentang cara penularan awalnya seperti apa. Jadi dikatakan bahwa anak enggak ada yang terkena infeksi virus corona ini," ujarnya saat tayangan Hidup Sehat di tvOne, Selasa 9 Juni 2020.

Trik ala Tasya Kamila agar Anak Gak Gampang Sakit, Bisa Dicontek Bun!

Namun, berdasarkan data terakhir, ternyata anak yang terkena COVID-19 semakin banyak. Bahkan, kasusnya meningkat belakangan ini. 

"Jadi sebenarnya, risikonya sama. Mungkin yang berbeda adalah reseptornya pada anak memang imunitasnya akan lebih kebal. Tapi, risiko untuk tertular akan tetap sama," lanjut dia. 

Polda Jatim: Kapolda Instruksikan Tindak Tegas Polisi di Surabaya yang Diduga Cabuli Anak Tiri

Meirdhania membenarkan, jika gejala virus corona pada anak lebih ringan dari orang dewasa. Karena respons imun pada anak masih berkembang. Jadi, anak cenderung bisa mengatasi infeksi virus, bakteri, dan lain-lain. 

"Pada COVID-19 sendiri biasanya dia memiliki S2, yang letaknya di saluran pernapasan bawah. Sedangkan pada anak itu kurang, lebih banyak pada saluran pernapasan atas. Sehingga gejalanya lebih mirip seperti batuk, pilek dan lebih ringan," kata dia. 

Lebih jauh, Meirdhania menjelaskan, kondisinya berbanding terbalik dengan orang dewasa. 

"Kalau orang dewasa langsung terkena pada saluran pernapasan bawah, dengan gejala sesak, demam tinggi, sampai akhirnya membutuhkan alat bantu napas," tutur dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya