Pandemi COVID-19, Layanan Psikologi Laris Diburu

Ilustrasi stres
Sumber :

VIVA – Pandemi virus corona atau COVID-19, membawa dampak di semua sektor kehidupan. Bencana ketidakpastian ini yang masih belum diketahui kapan akan berakhir, menimbulkan kekhawatiran di benak banyak orang. 

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Efeknya tidak main-main, kecemasan tersebut bisa menimbulkan gangguan kesehatan, baik fisik maupun mental. Hal ini bukan omong kosong belaka, Psikolog, Dr. Rini Sugiarti, M.Si dari Layanan Psikologi Sehat Jiwa (SEJIWA) - HIMPSI, mengutarakan hal yang sama. 

Pemerintah pun turut memfasilitasi layanan untuk membantu mengurangi ketidaknyamanan psikologi masyarakat dengan meluncurkan Layanan Psikologi Sehat Jiwa (SEJIWA), pada April 2020 lalu, yang bisa diakses melalui call center 119 ext 8. 

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

"Pemerintah membantu masyarakat yang mengalami gangguan, kecemasan, berbagai hal yang tidak nyaman, maka diperlukan layanan yang dapat diakses. Pemerintah menggandeng beberapa instansi untuk mendampingi pasien, yang membutuhkan konsultasi, maka perlu pendampingan," ujarnya saat diskusi melalui aplikasi rapat online, Rabu 10 Juni 2020. 

Lebih lanjut Rini menjelaskan, layanan yang diberikan adalah memberikan bantuan terhadap masyarakat yang mengalami perasaan-perasaan bermasalah. Sesuai prediksi, ternyata antusiasme masyarakat cenderung tinggi. 

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

"Dari data yang kami kumpulkan, ternyata animo masyarakat begitu kuat. Mereka banyak yang menghubungi call center layanan psikologi. Ternyata, yang konsul bukan hanya tentang COVID-19, tapi juga ada hal-hal lain di luar COVID-19, seperti tentang KDRT keluarga, dan lain-lain," lanjut dia. 

Kemudian, masyarakat yang berkonsultasi tidak terbatas pada gender tertentu, dalam arti baik wanita maupun pria, tidak ragu mengakses SEJIWA. Lalu, bagaimana dengan usia? 

"Kalau berdasarkan usia, client yang masuk selama masa pandemi adalah usia dewasa, remaja ada juga. Kemudian, client dari Sabang sampai Merauke dan tidak terbatas pada karyawan tertentu saja, dari mulai karyawan, pengusaha, pedagang, mahasiswa, ibu rumah tangga juga masuk," kata dia. 

Rini mengungkapkan, biasanyan kondisi kesehatan jiwa orang yang berkonsultasi, berada dalam emosi yang beragam, seperti cemas, takut, marah, bingung, dan lain sebagainya. Tapi, sebagian besar keluhan yang masuk tergolong berisiko. 

"Aduan yang masuk bicara tentang keluhan yang berisiko. Di mana kalau terakumulasi dan tidak teratasi, maka akan menimbulkan keputusasaan, depresi, frustasi, yang akan berdampak ke depan. Bahkan, ada beberapa yang memiliki kecenderungan untuk bunuh diri," tuturnya. 

Dampaknya, orang yang bersangkutan mengeluhkan mengalami gangguan tidur (insomnia), letih dan lesu, hingga demotivasi. Mirisnya, keluhan-keluhan tersebut datang dari golongan remaja produktif. 

"Biasanya kami akan memberikan yang pertama konseling psikologis terlebih dahulu. Kalo kami rasa berat, kami akan rujuk ke psikolog klinis. Jika client membutuhkan obat, kami akan mengarahkan ke psikiater. Kemudian, selain itu, kami juga merujuk ke dokter umum, jika tidak terkait dengan kejiwaan," tutur Rini. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya