Misteri Produsen Vaksin Terbesar Sejagat Membisu Saat Corona Mengamuk

GSK
Sumber :
  • caixinglobal

VIVA – Penuh misteri. Saat para pesaingnya berlomba-lomba menjadi yang pertama menciptakan vaksin guna melawan ganasnya Virus Corona COVID-19, perusahaan yang satu ini justru tampak santai membisu. Glaxo Smith Kline (GSK) seakan tak peduli dengan statusnya sebagai produsen vaksin terbesar dan tercanggih di dunia.

5 Syarat Kucing Peliharaanmu Sudah Bisa Divaksin Biar Tetap Sehat

Sikap apatis GSK tak goyah bahkan saat kompetitor utamanya, AstraZeneca, kini tengah 'naik daun' di tengah pandemi. AstraZeneca dianggap menjadi perusahaan farmasi terdepan yang bakal mampu lebih dulu menghadirkan vaksin untuk melawan virus Corona COVID-19. Bahkan AstraZeneca menjalin beberapa kerja sama sekaligus.

Yang membuat aneh, GSK saat ini dikenal sebagai perusahaan farmasi yang paling mumpuni melawan pandemi COVID-19. GSK punya kekuatan finansial dan teknologi paling canggih, bahkan jauh di atas AstraZeneca sekalipun. Nyatanya, GSK enggan mengembangkan secara mandiri vaksin untuk COVID-19.

Sosok Helena Lim, ‘Crazy Rich’ PIK Jadi Tersangka Kasus Korupsi Timah

Ilustrasi vaksin COVID-19.

Sebagai catatan, selama menjual vaksin di sepanjang 2019 tahun lalu, GSK mengeruk keuntungan lebih dari 9 miliar dollar AS atau hampir Rp128 miliar. Belum dengan teknologi super canggih dan komplet yang dimilikinya. GSK saat ini tercatat telah merambah 160 negara dengan 30 vaksin yang dipasarkannya. Bagaimana tak membuat banyak pihak bertanya-tanya.

Sering Dialami Anak-Anak dan Mudah Menular, Apa yang Perlu Dilakukan Untuk Cegah Gondongan?

"Ada sebuah perusahaan besar yang punya senjata penuh terkait teknologi vaksin dan platform, yaitu GSK," kata seorang petinggi perusahaan vaksin di India yang enggan disebutkan namanya, seperti dilansir MoneyControl, Kamis 11 Juni 2020. 

Misteri membisunya GSK sedikit mendapatkan penjelasan. Menurut Francois Meurice, Direktur Scientific Affairs and Public Health GSK, tudingan 'tiarap' yang diarahkan ke perusahaannya tak sepenuhnya benar. Menurut Meurice, pihaknya tetap terlibat dengan beberapa proyek terkait wabah COVID-19. Namun memang tak terlalu ambisius dan gegabah.

"Ada banyak teknologi baru yang belum teruji untuk tingkat melakukan tindakan atau belum sepenuhnya siap untuk dikomersialisasikan. Sebagai orang yang bergerak di bidang penelitian dan pengembangan, Anda perlu memutuskan apa yang harus Anda lakukan. Apakah Anda akan bertaruh pada teknologi-teknologi baru atau bertaruh pada teknologi yang belum sepenuhnya teruji," kata Meurice.

Namun dalam kesempatan itu, Meurice enggan disebut telah menuding para kompetitor GSK termasuk AstraZeneca melakukan tindakan gegabah dan salah. Meurice mengatakan bahwa langkah GSK saat ini sebagai hal yang realistis. Menciptakan virus hanya dalam kurun waktu 15 hingga 18 bulan bagi GSK menjadi hal yang mustahil. Idealnya 5 hingga 15 tahun.

Perlu diketahui, GSK sebenarnya telah menjalin beberapa kerja sama diantaranya dengan Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI), Sanofi, Clover Biopharmaceuticals, ZFSW, Innovax hingga bekerja sama dengan University of Queensland, Australia. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya