Psikolog Ungkap Penyebab Stres Dikala Pandemi 

Ilustrasi stres/sakit kepala/pusing.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Pandemi COVID-19 yang melanda sejak lebih dari empat bulan lalu, berimbas tidak hanya pada sisi kesehatan, namun juga berdampak buruk pada dunia ekonomi. Bahkan, kondisi ini juga telah memberikan efek negatif pada kondisi psikologis seseorang.   

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Pengamat psikologi dari Universitas Pancasila (UP), Silverius Y Soeharso menyebut, tingkat depresi hingga stres telah mengalami lonjakan selama masa pandemi. Dan itu terjadi hampir merata di sejumlah negara, termasuk Indonesia.

“Datanya belum kami hitung secara detail, tapi kemungkinan besar terjadi peningkatan, ya kira-kira sekira 0,1 persen sampai 0,5 persen,” katanya pada Selasa 4 Agustus 2020.

Pakar Ungkap Pria Harus 21 Kali Ejakulasi dalam Sebulan, Kenapa?

Baca Juga: Herbal Ramuan Hadi Pranoto Bikin Geger, Dibuat dari Bahan Apa Sih?

  Pengamat psikologi dari Universitas Pancasila (UP), Silverius Y Soeharso

Gak Boleh Dipendam, Rasa Marah Bisa Memicu Gaya Hidup Tidak Sehat

Kasus ini, lanjut Silverius, juga telah berimbas pada kehidupan rumah tangga. Ia menyebut, ada peningkatan kasus perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) selama masa pandemi.

“Tingkat perceraian meningkat, memang risetnya beda-beda. Wuhan saja hampir sekira 300 keluarga minta cerai, di kita ada tapi datanya masih terus diperbaharui, tapi saya yakin meningkat terus.”

Dia menjelaskan, ada beberapa faktor pemicu dari meningkatnya kasus tersebut. Salah satunya adalah kejenuhan. Puncaknya ketika pemerintah memberlakukan protokol Pembatasan Sosial Berskala Besar  atau PSBB yang mengharuskan kerja dari rumah.

“Makanya Pak Presiden mengeluarkan kebijakan bisa keluar tapi ke wisata alam, contoh Taman Safari sudah dibuka dan beberapa taman nasional lainya.”

Silverius mengatakan, biasanya faktor pemicu dari tingginya kasus perceraian, stres dan depresi adalah ekonomi.

“Interaksi yang rutin di dalam rumah karena WFH akhirnya sifat aslinya muncul. Apalagi sempat tiga bulan enggak keluar rumah. Ini akan mudah jenuh dan akhirnya sifat aslinya muncul dan menyebabkan konflik.”

Untuk mencegah kasus tersebut, Dekan Fakultas Psikologi UP ini menyarankan untuk melakukan refreshing. “Tapi ke tempat atau wisata alam, agar fresh.”    
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya