WHO: Lonjakan Baru Kasus Corona Disebabkan OTG di Bawah 50 Tahun

Ilustrasi batuk/TBC/virus corona/COVID-19.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Organisasi Kesehatan Dunia  (WHO) pada Selasa, 18 Agustus 2020 menyatakan bahwa penyebaran virus corona atau COVID-19 baru di Asia Pasifik didorong oleh orang-orang berusia 20-an, 30-an, dan 40-an tahun.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Dan sayangnya, banyak di antara mereka yang tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi (OTG/Orang Tanpa Gejala), sehingga menimbulkan bahaya bagi kelompok yang rentan terpapar.

Baca Juga: Kasus COVID-19 Masih Tinggi, Ratusan Warga Wuhan Malah Asyik Pesta Air

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

WHO pun mengingatkan soal fase baru dalam pandemi tersebut. Para pejabat WHO mengatakan, bulan ini, proporsi orang yang lebih muda di antara mereka yang terinfeksi telah meningkat secara global.

Hal tersebut menempatkan mereka pada sektor rentan populasi di seluruh dunia, termasuk orangtua dan orang sakit di daerah padat penduduk dengan layanan kesehatan lemah.

PM Singapura Lee Hsien Loong Mundur dari Jabatan, Ini Sosok Penggantinya

“Epidemi sedang berubah .Orang-orang berusia 20-an, 30-an dan 40-an tahun semakin mendorong penyebaran. Banyak yang tidak sadar bahwa mereka terinfeksi. Ini meningkatkan risiko penularan ke mereka yang lebih rentan," kata Direktur Regional Pasifik Barat WHO, Takeshi Kasai, dikutip dari laman Asia One, Rabu, 19 Agustus 2020.

Dia menjelaskan, lonjakan kasus baru telah mendorong beberapa negara untuk memberlakukan kembali pembatasan sosial karena perusahaan berlomba untuk menemukan vaksin untuk virus yang telah menewaskan lebih dari 770.000 orang dan menginfeksi hampir 22 juta orang itu.

Lonjakan kasus virus corona dilaporkan di negara-negara yang tampaknya telah mengendalikan virus, seperti Vietnam.

“Apa yang kami amati bukan hanya kebangkitan.  Kami yakin ini adalah sinyal bahwa kami telah memasuki fase baru pandemi di Asia Pasifik,” kata Kasai.

Dia mengatakan, negara-negara lebih mampu mengurangi gangguan kehidupan dan ekonomi dengan menggabungkan deteksi dini dan respons untuk mengelola infeksi.

"Sementara mutasi telah diamati, WHO masih menganggap virus itu ‘relatif stabil’,” kata Kasai.

WHO juga mengingatkan produsen obat untuk mengikuti semua langkah penelitian dan pengembangan yang diperlukan saat membuat vaksin. Socorro Escalante, petugas teknis dan penasihat kebijakan obat-obatan WHO, mengatakan bahwa pihaknya sedang berkoordinasi dengan Rusia, yang bulan ini menjadi negara pertama yang memberikan persetujuan peraturan untuk vaksin virus corona.

"Kami berharap mendapat tanggapan dalam hal bukti vaksin baru ini," kata Escalante.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya