Mengenal Virus Toksoplasma, Penyebab Sakitnya Barli Asmara

Barli Asmara.
Sumber :
  • Instagram

VIVA – Desainer kondang Tanah Air, Barli Asmara, tutup usia pada hari ini, Kamis, 27 Agustus 2020 di Bali. Dikonfirmasi oleh salah satu sanak keluarga, penyebab kematian desainer 42 tahun itu akibat virus toksoplasma.

Bahaya Komplikasi Cacar Monyet Picu Radang Otak Hingga Kematian

Menurut sepupunya, Mutia Wisnu, Barli meninggal akibat radang otak yang dipicu oleh virus toksoplasma itu. Hal itu dikonfirmasi oleh Mutia Wisnu pada VIVA.

Baca Juga: Kerabat Ungkap Riwayat Penyakit Barli Asmara Sebelum Meninggal

Studi: Pemakan Daging Mentah Akan Berdampak pada Hilangnya Penglihatan

"(Penyebabnya) radang otak akibat virus Tokso (toksoplasma)," kata Mutia.

Lantas, seberapa berbahaya virus toksoplasma tersebut? Apa saja pemicu dari virus itu? Berikut ulasannya dikutip dari laman Medbroadcast, Kamis, 27 Agustus 2020.

Cek Fakta: Vaksin Pfizer-BioNTech Menyebabkan Radang Otak

Barli Asmara

Apa itu virus toksoplasma?

Toksoplasmosis adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii. Parasit bersel tunggal ini mampu hidup pada berbagai jenis burung dan mamalia, tetapi hanya menghasilkan telur di lapisan usus kucing. Pada manusia biasanya tidak menimbulkan gejala. Namun, setelah terinfeksi, infeksi tetap ada seumur hidup.

Toksoplasmosis biasanya tidak aktif, tetapi kadang-kadang aktif kembali untuk menyebabkan penyakit. Biasanya ini terjadi ketika beberapa penyakit lain melemahkan sistem kekebalan.

Toksoplasmosis dianggap sebagai infeksi oportunistik, yang seharusnya tidak membahayakan orang sehat tetapi bisa menjadi sangat serius jika pertahanan kekebalan Anda menurun (misalnya, orang dengan AIDS atau kanker, atau yang sedang minum obat yang menekan sistem kekebalan). Ini juga mengancam janin jika ibu hamil terinfeksi selama kehamilan.

Penyebabnya ada 2

Cara paling umum orang terkena toksoplasmosis adalah dengan menelan telur toksoplasma (ookista). Kucing adalah sumber utama telur ini.

Meskipun Toxoplasma gondii dapat bereproduksi secara aseksual pada berbagai hewan, hanya di usus kucing ia melakukan reproduksi seksual untuk menghasilkan telur, yang kemudian dikeluarkan melalui kotoran kucing. Artinya, mungkin berkaitan dengan kotoran kucing saat membersihkan atau dengan menelan makanan (sayuran) dari tanah yang terkontaminasi.

Cara lain orang terkena toksoplasmosis adalah dengan makan daging yang kurang matang. Hewan seperti sapi, babi, dan domba dapat menelan tanah yang terkontaminasi telur yang dikeluarkan oleh kucing. Pada hewan-hewan ini telur menetas, dan Toxoplasma menembus melalui usus dan membentuk kista kecil di dalam jaringan mereka.

Jika kita makan daging dari hewan ini yang tidak dimasak dengan matang, kista akan pecah di perut kita dan Toxoplasma di dalam kista kemudian dilepaskan untuk menyerang jaringan kita. Daging babi dan domba jauh lebih mungkin mengandung kista ini dibandingkan daging sapi.

Gejala

Sekitar 80 hingga 90 persen orang tidak menunjukkan gejala saat terinfeksi toksoplasmosis. Sekitar 10  hingga 20 persen orang akan mengalami kelenjar bengkak dan beberapa di antaranya akan mengalami gejala yang mirip dengan flu atau infeksi mononukleosis (misalnya, demam ringan, nyeri otot, sakit tenggorokan, pembesaran limpa dan hati, dan terkadang diare ringan).

Mungkin juga ada anemia ringan. Gejala ini dapat berlangsung selama berminggu-minggu atau lebih, tetapi akan hilang tanpa pengobatan.

Sebagian besar infeksi ini melibatkan sistem saraf pusat. Gejalanya bisa meliputi kehilangan penglihatan atau indra lainnya, kelumpuhan parsial, kelemahan, sakit kepala, kebingungan, kesulitan berbicara, kejang, demam. Gejala lain seperti demam tinggi, menggigil, berkeringat, dan ruam dapat terjadi akibat infeksi ini.

Komplikasi

Area di luar sistem saraf pusat dapat terpengaruh dan dapat menyebabkan peradangan otak (ensefalitis), peradangan selaput otak (meningitis), radang di jantung (miokarditis), paru-paru (pneumonitis) dan berbagai organ lainnya. Jika seorang wanita tertular saat hamil, ada risiko janin tertular. Risikonya sekitar 6 persen pada trimester pertama.

Janin yang terinfeksi pada tahap ini sering mengalami keguguran. Risiko infeksi pada janin meningkat hingga 30 persen jika infeksi terjadi pada trimester kedua dan meningkat hingga 60 - 81 persen jika infeksi terjadi pada trimester ketiga.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya