Gejala Kanker Usus, Penyakit yang Renggut Nyawa Chadwick Boseman

Chadwick Boseman.
Sumber :
  • Instagram/chadwickboseman

VIVA – Aktor Chadwick Boseman, meninggal di usia 43 tahun akibat kanker usus besar (kolon). Hal tersebut nyatanya penyebab utama kematian terkait kanker di Amerika Serikat dan yang semakin memengaruhi anak muda di negara tersebut.

Mengenal Penyakit Radang Usus, Bisa Sebabkan Kanker Usus Besar Jika Dibiarkan

Boseman, yang menghidupkan Black Panther di Marvel Cinematic Universe (MCU), didiagnosis menderita kanker usus besar stadium 3 pada tahun 2016 dan berjuang melawannya saat berkembang ke stadium 4.

Baca Juga: Chadwick Boseman Meninggal, Bagaimana Nasib Black Panther 2?

Jokowi Bersyukur Angka Stunting Turun dari 37 Persen Menjadi 21 Persen

Lantas, seberapa berbahaya penyakit kronis ini? Berikut rangkumannya.

Gejala tidak khas

Melahirkan Berulang Kali Dapat Menjadi Risiko Kanker Serviks, Benarkah?

Kematian akibat kanker usus besar dan rektal telah menurun selama beberapa dekade karena peningkatan screening dan tindakan pengobatan. Namun, kematian di antara kelompok muda sedikit meningkat dalam beberapa tahun terakhir, menurut para peneliti.

Chadwick Boseman.

"Kami melihat lebih banyak orang berusia 30-an dan 40-an tahun yang mengembangkan kanker kolorektal. Seringkali karena mereka memiliki gejala yang tidak dianggap sebagai kanker," kata Dr. Nilofer Azad, profesor onkologi di Johns Hopkins Medicine, dikutip dari laman USA Today, Minggu, 30 Agustus 2020.

Sekitar 30 persen dari kanker kolorektal yang didiagnosis saat ini terjadi pada orang di bawah usia 55 tahun, katanya. Gejala kanker kolorektal termasuk perubahan gerakan usus, pendarahan rektal, darah pada tinja, sakit perut dan banyak lagi.

Mengintai usia di bawah 30 tahun

Ada pun Risiko terkena kanker usus dalam hidup adalah sekitar 1 dari 23 untuk pria dan 1 dari 25 untuk wanita, tulis American Cancer Society. Kanker kolorektal, yang meliputi usus besar dan kanker rektal, diperkirakan menyebabkan lebih dari 50 ribu kematian pada tahun 2020, termasuk 3.640 kematian pada orang yang berusia kurang dari 50 tahun.

Selama akhir 1970-an dan awal 1980-an, diagnosis kanker usus besar menurun pada kelompok usia yang lebih muda dari 50 tahun dan meningkat pada mereka yang berusia 50 tahun ke atas, menurut sebuah studi 2017 di Journal of National Cancer Institute.

Tetapi tren itu berbalik pada pertengahan 1980-an, ketika tingkat penurunan pada orang dewasa berusia 55 tahun ke atas, sementara meningkat 2,4 persen per tahun pada orang dewasa usia 20-29 tahun dan sebesar 1 persen per tahun pada orang dewasa usia 30-39 tahun.

"Jika Anda lahir pada tahun 1990 atau sesudahnya, Anda dua kali lebih mungkin terkena kanker usus besar atau empat kali lebih mungkin terkena kanker rektal daripada mereka yang lahir sebelum tahun 1990," kata Michael Sapienza, CEO dari Aliansi Kanker Kolorektal.

"Sayangnya, ini menjadi epidemi yang semakin besar," lanjut dia.

Sulit dideteksi

Sapienza, yang ibunya meninggal karena kanker usus besar pada usia 56, mengatakan, ahli onkologi melihat lebih banyak diagnosis stadium akhir kanker kolorektal, yang sering disalahartikan sebagai penyakit lain. Ahli onkologi belum mengetahui penyebab meningkatnya jumlah kasus di kalangan anak muda, tetapi ada beberapa teori.

"Apa yang terjadi adalah, orang-orang muda yang pergi ke dokter mengalami gejala, dan mereka biasanya membawa mereka ke tiga atau empat dokter sampai mereka mendapatkan diagnosis," katanya.

"Apalagi sekarang, di dunia telemedicine, orang akan takut untuk merekomendasikan kolonoskopi. Jika Anda mengalami pendarahan rektal, berkeringat di malam hari, kram, terutama keluar darah berwarna gelap, Anda harus memeriksakannya ke dokter,” tambahnya.

Pola makan jadi pemicu

Konsumsi tinggi daging olahan dan alkohol, rendahnya aktivitas fisik dan konsumsi serat, serta merokok juga diketahui sebagai faktor risiko. Mungkin ada perubahan pola makan, obesitas, peningkatan prevalensi diabetes. Semua hal ini juga terkait dengan kanker usus.

“Tidak mengherankan jika waktu epidemi obesitas sejalan dengan peningkatan kanker kolorektal karena banyak perilaku yang diduga mendorong kenaikan berat badan, seperti pola makan yang tidak sehat dan gaya hidup yang tidak banyak bergerak, secara independen meningkatkan risiko kanker usus,” kata peneliti dalam studi tahun 2017 itu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya