Sempat Diragukan, Vaksin Corona Rusia Tunjukkan Perkembangan Positif

Ilustrasi vaksin
Sumber :
  • Shutterstock / University of Oxford

VIVA – Ketika Rusia meluncurkan vaksin virus corona pertama di dunia pada Agustus 2020 lalu, para ahli medis dan komunitas ilmiah di seluruh dunia, tidak sepenuhnya yakin dengan tingkat keamanan dan kemanjuran vaksin tersebut.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Vaksin Rusia yang dikembangkan oleh Institut Gamaleya Moskow dan kementerian pertahanan Rusia ini, diberi nama Sputnik V. Perlu dicatat bahwa meskipun vaksin Rusia sudah didaftarkan pada bulan lalu, namun vaksin itu belum menjalani uji coba pada manusia, atau tahap terakhir yang kritis (Fase III), yang sangat penting untuk menentukan apakah vaksin tersebut aman untuk digunakan manusia untuk tidak.

Dilansir Times of India, Rabu 9 September 2020, para medis di seluruh dunia menganggap langkah itu berisiko dan dokter terkemuka Rusia sendiri mundur dari kementerian kesehatan dengan alasan 'pelanggaran berat' terhadap etika medis.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Kini, tiga minggu setelah pengumuman vaksin, Rusia akhirnya memiliki beberapa data yang kredibel terkait tingkat keamanan dan kemanjuran vaksin Sputnik V.

Baca juga: Ahli Virus Jerman Prediksi Pandemi COVID-19 Usai pada 2023

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Menurut hasil awal dari uji coba fase 1 dan 2, yang diterbitkan dalam jurnal medis Lancet, vaksin COVID-19 Rusia, menunjukkan respons antibodi pada semua peserta uji coba tahap awal, yang juga memicu respons sel darah-T. Uji coba vaksin Tahap I dan II, dilakukan pada 76 orang sehat, antara usia 18 - 60 tahun. 

Sesuai laporan yang diterbitkan dalam jurnal tersebut, dua uji coba selama 42 hari (termasuk 38 orang dewasa masing-masing) tidak menemukan efek samping yang serius di antara peserta dan memastikan bahwa kandidat vaksin memperoleh respons antibodi. Uji coba awal ini dilakukan antara bulan Juni dan Juli 2020. 

Kandidat vaksin Rusia telah dikembangkan menggunakan kombinasi dua adenovirus, Ad5 dan Ad26, serta direkayasa dengan protein virus corona. Dua bentuk vaksin diuji oleh para ahli Rusia, yang dibekukan dan dikeringkan, lalu dibekukan kembali.

Sesuai laporan yang diterbitkan di Print, pada Fase I uji klinis, relawan hanya diberi 1 suntikan, sedangkan pada Fase II, relawan juga diberi suntikan kedua setelah 21 hari. Diketahui bahwa, varian vaksin beku, menginduksi respons antibodi yang lebih kuat bila dibandingkan dengan yang dikeringkan dengan beku. 

Para peneliti selanjutnya menemukan bahwa vaksin Rusia memicu respons sel-T pada semua sukarelawan Tahap II, dalam 28 hari setelah inokulasi.

Baca juga: WHO Sebut Vaksin COVID-19 Belum Tersedia Sampai Pertengahan 2021

Tidak ada perbandingan plasebo yang dilakukan selama uji coba vaksin Tahap I dan II, bahkan kriteria kelompok usia sebagian besar, berfokus pada orang-orang berusia 20 dan 30-an. Tidak ada cukup informasi untuk membuktikan bahwa itu akan berhasil untuk orangtua dan mereka yang memiliki penyakit penyerta. Oleh karena itu, penting untuk melakukan uji coba jangka panjang untuk memantau keamanan calon vaksin. 

"Uji coba jangka panjang yang besar termasuk perbandingan plasebo dan pemantauan lebih lanjut diperlukan untuk menetapkan keamanan jangka panjang dan efektivitas vaksin untuk mencegah infeksi COVID-19," kata laporan itu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya