Lebih Buruk dari COVID-19, Obat Ini Sebabkan 350 Juta Kematian

Ilustrasi vitamin/obat.
Sumber :
  • Freepik/topntp26

VIVA – Obat mematikan yang jauh lebih buruk daripada COVID-19 akan datang dan memusnahkan 10 juta orang setahun. Artinya, dapat merenggut nyawa 350 juta orang pada tahun 2050 mendatang.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Mencukur, melahirkan, guratan kecil, atau operasi rutin seperti penggantian pinggul akan mengancam jiwa karena antibiotik. Hal ini disebabkan oleh ketergantungan yang berlebihan pada antibiotik yang menjadi resisten.

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengatakan, resistensi terhadap antibiotik akan menyebabkan 350 juta kematian pada tahun 2050. Ini sudah menjadi penyebab setidaknya 700.000 kematian secara global setahun, tetapi para ahli percaya ini adalah perkiraan yang terlalu rendah.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Baca juga: Kasus COVID-19 Makin Tinggi, Kapan PSBB Total Berakhir?

Angka tersebut diperkirakan mencapai 10 juta kematian setiap tahun tanpa intervensi.

PM Singapura Lee Hsien Loong Mundur dari Jabatan, Ini Sosok Penggantinya

"Jika Anda mengira COVID-19 itu buruk, Anda belum paham bahaya resistensi antibiotik," kata Dr Paul De Barro, direktur penelitian biosekuriti di badan sains nasional Australia, dikutip dari Daily Star.

Krisis ini disebut sebagai ancaman kesehatan terbesar pada manusia. Dan penggunaan antibiotik selama krisis pandemi COVID-19 mempercepat masalah tersebut.

COVID-19 tidak begitu bergantung pada obat sehingga ancaman kematian pada manusia tidak sebesar akibat resisten antibiotik. Terlebih, antibiotik dibutuhkan di berbagai kondisi yang membuat banyak tubuh terus menerus mengonsumsinya.

Baca juga: PSBB Tak Diberlakukan, Pasien Bisa Membludak Tenaga Medis Pun Tumbang

"Hal-hal sederhana seperti goresan bisa membunuh Anda, melahirkan bisa membunuh Anda, pengobatan kanker, operasi besar, diabetes, yang melatarbelakangi semua ini, sering kali penggunaan antibiotik. Anda akan berakhir dengan tekanan besar pada sistem kesehatan, persis seperti yang Anda lihat dengan COVID-19. Pikirkan tentang unit perawatan intensif, perawatan di rumah sakit, akses ke perawatan medis di luar sistem rumah sakit, penggunaan antibiotik dalam perawatan, dalam perawatan pneumonia, semua ini ikut berperan," kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya