Badai Sitokin Paru-paru, Penyebab Pasien COVID-19 Sulit Napas

Ilustrasi paru-paru.
Sumber :
  • Freepik/kjpargeter

VIVA – Pada dasarnya, sitokin dapat memberikan sinyal bahwa sistem kekebalan mulai melakukan tugasnya. Ini adalah situasi yang wajar. Namun, jika pelepasan sitokin di paru-paru terlalu banyak, sehingga disebut badai sitokin, maka kondisi ini bisa menyebabkan kerusakan pada tubuh. 

Kapten Vincent Kena Flu Singapura Sampai Bernanah: Lebih Sengsara dari COVID!

Badai sitokin paling sering menyerang paru-paru, termasuk pada pasien virus corona atau COVID-19. Lalu, banyak anggapan di masyarakat yang menyatakan bahwa badai sitokin yang terjadi pada paru-paru, bisa membuat pasien COVID-19 jadi kesulitan bernapas. Benarkah demikian?

Baca juga: Pecah Rekor Lagi, Peneliti Sebut Alasan COVID-19 Terus Meningkat

KPK Cecar Fadel Muhammad soal Dugaan Kasus Korupsi APD di Kemenkes RI

"Ya, fakta. Sebenarnya badai sitokin tidak mutlak punyanya COVID-19. Jadi, multiple trauma yang berat juga akan bisa menimbulkan," ujar spesialis paru, Dr Yahya, Sp.P, dalam program Hidup Sehat di tvOne, Rabu 23 September 2020. 

Lebih lanjut, dokter Yahya menjelaskan, istilah lain dari badai sitokin adalah Sindrom Sitokin Rilis (CRS). Istilah ini pertama kali digunakan pada awal tahun 90-an, yang digunakan sebagai penelitian untuk mengungkapkan kenapa terjadi penolakan dari transplantasi organ. 

Suka Hangatkan Makanan Sisa Buka untuk Sahur? Hati-hati Bisa Sebabkan Masalah Serius Ini

"Nah, terjadi reaksi hebat, reaksinya adalah rilis dari zat-zat. Sebenarnya pertahanan tubuh kita berlebihan dan reaksinya sangat over, sehingga terjadi pembukaan pembuluh darah atau pembuluh darahnya jadi gampang rilis, untuk melepaskan sel darah putih itu kemudian cairan tubuh," lanjut dia. 

Jika terjadi di paru-paru, menurut Yahya, badai sitokin akan menghasilkan banyak cairan di paru-paru, sehingga mengurangi proses pertukaran gas oksigen dan CO2. Hal inilah yang mengakibatkan pasien jadi mengalami sesak hebat.

Baca juga: Patut Diwaspadai, 4 Gejala Tak Biasa Virus Corona

"Itu yang disebut dengan acute respiratory distress syndrome, atau gangguan fungsi pernapasan yang berat," tutur dokter Yahya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya