Virus Corona Kini Disebut Tidak Begitu Mematikan

Ilustrasi virus corona/COVID-19/laboratorium.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Meski pandemi virus corona atau COVID-19 belum berakhir. Namun, kemajuan dalam perawatan medis dan pengalaman dokter yang kian berkembang dalam menangani virus ini, dapat meningkatkan peluang untuk bertahan hidup.

Menkes: Implementasi Nyamuk Ber-Wolbachia untuk Tanggulangi Dengue Mulai Bergulir

Sejak kasus pertama tiba di Amerika Serikat pada awal tahun 2020, para profesional medis berubah dari yang awalnya hanya meraba-raba, hingga kini lebih memahami obat mana yang bekerja, seperti steroid dan pengencer darah, serta obat anti virus remdesivir.

Baca Juga: Kemenkes: Semua Orang Terpapar COVID-19, Tapi Tak Semua Jadi Sakit

Kapten Vincent Kena Flu Singapura Sampai Bernanah: Lebih Sengsara dari COVID!

Alokasi sumber daya medis intensif juga telah meningkat. Dan dokter sudah belajar untuk menahan penggunaan ventilator untuk beberapa pasien, tidak seperti banyak penyakit pernapasan parah lainnya.

Dokter dan ahli mengatakan, taktik medis yang lebih baik dan perawatan dini, membantu meningkatkan hasil untuk pasien yang sakit. Hal itu diungkapkan oleh kepala Satuan Tugas Penelitian COVID-19 Klinik Mayo, Andrew Badley.

KPK Cecar Fadel Muhammad soal Dugaan Kasus Korupsi APD di Kemenkes RI

“Kesiapsiagaan perawatan kesehatan hari ini jauh lebih baik dibanding di bulan Februari dan Maret," kata Badley dalam sebuah wawancara, dilansir Times of India, Minggu, 27 September 2020.

"Kami memiliki akses diagnosis yang lebih baik dan lebih cepat. Kami memiliki lebih banyak pengetahuan tentang obat apa yang harus digunakan dan obat apa yang tidak boleh digunakan. Kami memiliki lebih banyak perawatan eksperimental yang tersedia. Semua itu berkontribusi pada kemungkinan peningkatan dalam tingkat kematian," lanjut dia.

Sebuah studi mengamati 4.689 pasien COVID-19 rawat inap dari Maret hingga Juni di New York, dengan menyesuaikan tingkat kematian pasien untuk faktor-faktor seperti, usia, ras, obesitas,dan penyakit mendasar yang mungkin mereka derita.

Pada paruh pertama bulan Maret, angka kematian pasien rawat inap adalah 23 persen. Sedangkan pada Juni, angkanya turun menjadi 8 persen. Penelitian ini belum ditinjau oleh rekan sejawat, yaitu sebuah proses di mana para ahli lain ikut memeriksa pekerjaan tersebut.

Namun, kabar baik ini bukan berarti kita jadi melonggarkan protokol kesehatan. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, menekankan, masker masih menjadi perlindungan terbaik dari virus corona. Dan para ahli memperingatkan, virus tersebut masih sangat berbahaya dan dapat membunuh bahkan individu yang tampaknya sehat.

"Bahkan dengan perbaikan ini, ini bukanlah penyakit jinak. Ini tidak berarti virus corona sekarang menjadi penyakit tidak berbahaya. Ini tetap menjadi ancaman yang sangat serius bagi kesehatan masyarakat," kata Leora Horwitz, profesor kesehatan populasi dan kedokteran di Sekolah Kedokteran Grossman Universitas New York, yang melakukan studi di rumah sakit COVID-19 di New York.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya