Konspirasi Vaksin Bill Gates dan Metode Ngawur COVID-19, Cek Faktanya

Ilustrasi vaksin
Sumber :
  • Pixabay/pearson0612

VIVA – Beredar sebuah video yang menunjukkan bahwa metode swab test untuk COVID-19 hanya sebagai 'permainan'. Nama Bill Gates juga diseret lantaran dianggap menjual vaksin dan 'tato' anti virus corona sebagai lahan bisnis.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

"Swab test yang dibuat tidak akurat dengan tidak memurnikan cairan hidung. Dengan metode ini, seolah COVID-19 tetap ada terus. Vaksin juga dibuat seolah-olah tidak tahan lama terhadap COVID-19," tulis narasi video yang beredar.

Baca juga: Cegah COVID-19 Pakai Masker Malah Sesak Napas, Cuma Mitos!

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Soal Bill Gates, video itu menyebut bahwa mantan petinggi Microsoft Office itu mengatakan, pada akhirnya kita akan memiliki sertifikasi digital sebagai 'tato' untuk menujukkan siapa yang sudah divaksin dan belum. Lebih lanjut, disebutkan bahwa juru selamat COVID-19 di antaranya WHO dan UNICEF, dengan target pasar vaksin adalah ibu-ibu dan anak.

"Tersirat bahwa sertifikasi digital COVID-19 dengan alat pembayaran akan jadi kewajiban," lanjut suara di video itu.

PM Singapura Lee Hsien Loong Mundur dari Jabatan, Ini Sosok Penggantinya

Lantas, bagaimana faktanya? Dikutip dari laman BBC, teori konspirasi mengaitkan Bill Gates dengan virus korona disebutkan 1,2 juta kali di televisi atau media sosial sejak Februari dan April, menurut sebuah studi oleh The New York Times dan Zignal Labs.

Sebagian besar konten diposting ke grup Facebook publik, dan dari situ konten itu dibagikan jutaan kali. First Draft News juga menemukan bahwa situs video viral China TikTok menjadi rumah baru bagi konspirasi semacam itu.

Tim anti-disinformasi BBC telah meneliti beberapa hal yang lebih aneh. Termasuk klaim bahwa Bill and Melinda Gates Foundation telah menguji vaksin pada anak-anak di Afrika dan India, yang menyebabkan ribuan kematian dan cedera yang tidak dapat disembuhkan. Satu postingan bahkan menyebutkan, dia dituduh meluncurkan vaksin tetanus di Kenya yang sebenarnya adalah obat-obatan aborsi.

Sebuah video di situs web halaman Facebook The New American Magazine berlanjut dengan tema depopulasi massal melalui vaksin dan aborsi, dan juga menghubungkan Gates dengan Partai Komunis Tiongkok. Video itu dibagikan 6.500 kali dan ditonton 200.000 kali. Sementara itu, sebuah video yang menuduh Gates ingin melakukan microchip alias 'tato' telah ditonton hampir dua juta kali di YouTube.

Sampel tes Virus Corona atau COVID-19

Jadi bagaimana pendiri Microsoft, yang telah menggelontorkan miliaran dolar untuk perawatan kesehatan global dari yayasan filantropi yang dijalankannya bersama istrinya Melinda, menjadi 'hantu' dalam teori konspirasi COVID-19?

Prof Joseph Uscinski, seorang ilmuwan politik di Universitas Miami dan penulis buku tentang teori konspirasi, yakin konspirasi itu hanya karena dia kaya dan terkenal. Ia menuturkan, teori konspirasi adalah tentang menuduh orang-orang berkuasa melakukan hal-hal buruk.

"Teorinya pada dasarnya sama, hanya namanya yang berubah. Sebelum Bill Gates, itu adalah George Soros dan Koch bersaudara dan Rothchild dan Rockefeller," ujar Prof Joseph.

Meskipun dia berpikir konspirasi semacam itu tidak terikat pada kebenaran sama sekali, orang-orang tampaknya masih jatuh cinta pada teori tersebut. Terbukti, lebih dari seperempat orang Amerika dan 44 persen dari Partai Republik percaya bahwa Bill Gates ingin menggunakan vaksin COVID-19 untuk menanamkan microchip di bawah kulit manusia, menurut survei dari Yahoo News dan YouGov.

"Sebelum ada internet, mereka berdiri sendiri dan hanya ada di ruang gema atau gelembung (pikiran) mereka sendiri dalam komunitas tertentu, tetapi internet memungkinkan mereka untuk bepergian melintasi garis politik, antar komunitas, jadi saya pikir ada lebih banyak ruang untuk mengarusutamakan teori konspirasi daripada sebelum internet," kata Smith.

Dan, dia menambahkan, teori konspirasi telah berkembang pesat selama pandemi global ini karena orang-orang rentan secara psikologis. Selain itu, ada banyak hal ketidakpastian, di mana manusia membenci ketidakpastian.

Untuk menghadapinya, lanjut dia, individu menggunakan sesuatu yang dia sebut akal sehat kolektif. Teori konspirasi, dan terutama teori konspirasi Bill Gates, mengisi kekosongan informasional ini.

Dalam sebuah pernyataan, Bill Gates mengaku prihatin tentang teori konspirasi yang disebarkan secara online dan kerusakan yang dapat ditimbulkannya pada kesehatan masyarakat. Menurutnya, pada saat seperti ini, ketika dunia menghadapi krisis kesehatan dan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya, sungguh menyedihkan bahwa ada orang yang menyebarkan informasi yang salah.

Baca juga: Kenali Beda Sesak Napas karena Penyakit Jantung dan COVID-19

"Ketika kita semua harus mencari cara untuk berkolaborasi dan menyelamatkan nyawa. Saat ini, salah satu hal terbaik yang bisa kami lakukan untuk menghentikan penyebaran COVID-19 adalah menyebarkan fakta," tutur Gates.

Bill Gates juga mengungkapkan keterkejutannya karena dia telah menjadi tokoh utama dari teori-teori tersebut. Ia mengaku, sangat meresahkan bahwa ada begitu banyak kegilaan saat pandemi.

"Ketika kami mengembangkan vaksin, kami ingin 80 persen populasi meminumnya dan jika mereka berpikir itu adalah intrik, sejujurnya kami hanya tidak mau orang membiarkan penyakit terus membunuhnya," kata Bill Gates.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya