Mengenal Vaksin dan Bagaimana Cara Kerjanya

Vaksin COVID-19 (ilustrasi)
Sumber :
  • Times of India

VIVA – Semenjak merebaknya virus COVID-19, semua orang tertuju pada vaksin. Sejumlah lembaga pun berlomba-lomba mengembangkan vaksin, alasannya vaksin dapat mencegah seseorang terhindar dari sebuah penyakit. 

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Lalu apa sih vaksin dan bagaimana cara kerjanya? Dalam program Hidup Sehat TvOne, praktisi kesehatan dr. Lula Kamal menjelaskan bahwa vaksin adalah bahan antigenik yang di masukkan ke tubuh yang tujuannya agar kebal terhadap suatu penyakit tertentu. 

Dia juga menjelaskan bahwa vaksin sendiri terbuat dari beberapa produk biologi dan bagian dari virus atau bakteri, maupun virus atau bakteri yang sudah dilemahkan. Cara kerja dari vaksin ini sendiri dalam tubuh, vaksin dibuat untuk tubuh memproduksi antibodi sehingga bisa menangkal virus dan bakteri penyebab penyakit. 

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Baca juga: Siap Pakai, Ini 4 Kandidat Vaksin COVID-19 di Indonesia

"Vaksin itu bukan obat. Cara kerja vaksin hanya membuat latihan tubuh supaya tubuh sudah tahu musuhnya kalau ketemu musuhnya tahu gimana mengalahkan," ujar dia. 

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Namun untuk mendapatkan vaksin sendiri butuh proses yang panjang. Mulai dari tahap penelitian dasar, uji klinis pada hewan dan uji klinis pada manusia. 

"ketika uji hewan keamanan baru tingkat ke uji klinis, itu ada tiga tahap. Uji tahap tiga itu, coba masyarakat agar tahu keamanan lebih jauhnya, efektivitas sejauh apa, berapa dosis optimal. Selama itu, penelitian jalan terus sampai dapat vaksinasi dengan dosis yang optimal," tutur dia. 

Setelah lulus semua tahapan uji klinis dan mendapat persetujuan untuk digunakan, nantinya ada sejumlah efek samping ketika vaksin disuntikkan. Namun, Lula menjelaskan bahwa efek tersebut sangat minim.

"Vaksin untuk COVID-19 yang tengah uji coba di Bandung, 1.620 orang. Efeknya minimalis hanya 20 persen efek sampingnya, demam, bengkak di tempat suntikan, terasa sakit di area suntikan selama beberapa hari. Kalau ada efek samping buruk selama uji coba langsung dihentikan dengan cepat," kata dia.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya